Tanggal 10 Januari, Sekedar Lintasan Sejarah. (Foto: Elshinta.com)

Renville Almatsier*

Hari ini, 10 Januari tentulah tidak bisa dilupakan. Terutama oleh generasi baby boomers yang waktu itu masih remaja dan baru mentas dari bersekolah ke kuliah. Setelah lulus SMA di pertengahan tahun 1965, karena pergantian sistem tahun ajaran pendidikan, mereka terpaksa menunggu saat perkuliahan akan dimulai pada awal tahun berikutnya. Ketika itulah meletus peristiwa G30S.

Menyusul munculnya bebagai kesatuan aksi, sebagai mahasiswa yang belum kuliah mereka sudah bisa bergabung dengan barisan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang terbentuk 25 Oktober 1965. 10 Januari 1966 adalah hari bersejarah yang sudah menjadi sejarah. Hari Senin itu semua mahasiswa diminta ikut apel. Waktu itu bulan puasa,  pukul 09.00, massa mahasiswa sudah berkumpul di halaman Fakultas Kedokteran UI  Salemba 6 Jakarta Pusat. Mereka mendengarkan pidato Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhi yang didampingi dua asistennya, Mayor Gunawan Wibisono dan Mayor C.I Santoso. RPKAD adalah Resimen Para Komando Angkatan Darat, yang sekarang dikenal sebagai Kopassus. Ketika itu mereka baru pulang dari “operasi fisik” di Jawa Tengah.

Di  bawah panas terik itu kemudian dibacakan resolusi Tritura. Mahasiswa kemudian bergerak ke Departemen PTIP di Pegangsaan Timur  dengan tujuan akhir kantor Sekneg di Jalan Veteran. Dalam perjalanan, barisan mulai meneriakkan yel-yel : Bubarkan PKI, Turunkan Harga, Hidup ABRI, Turunkan Menteri Goblok diseling menyanyikan lagu-lagu perjuangan.

Ternyata barisan mahasiswa tidak diperkenankan lewat ke Merdeka Timur yang sudah penuh oleh barikade  antara lain pasukan Cakrabirawa bersenjata senapan dan bayonet dengan topeng lengkap beserta alutsista tank dan panser . Rombongan panjang mahasiswa terpaksa belok lewat Merdeka Selatan, berputar di air mancur menuju ke arah Harmoni. Karena hujan semua sudah basah kuyup. Tapi semangat tetap tinggi. Di depan kantor Sekneg dan sepanjang Jalan Nusantara (Jl Ir H Juanda) mereka menjalankan sitdown strike sambil menunggu menteri yang tidak muncul-muncul. Di situ dikumandangkan Tritura yang mencakup pembubaran PKI, perombakan kabinet dan penurunan harga.  Mulai hari itu mogok kuliah dicanangkan dan ongkos bus turun dari Rp 1000 menjadi Rp 200 uang lama. Kegiatan hari itu berlanjut besoknya dengan aksi menyetopi mobil-mobil di jalan.

Esensi 10 Januari lebih luas dari sekedar mogok kuliah, turunnya tarif buskota, atau soal PKI. Itulah kebangkitan generasi muda yang dimulai dengan aksi-aksi inkonvensional . Demonstrasi mahasiswa yang  menggemparkan dunia ini mencapai puncaknya pada tanggal 11 Maret dengan tumbangnya pemerintahan Orde Lama dan lahirnya Orde Baru. Sekedar lintasan sejarah untuk dikenang.

*Jurnalis Senior Majalah Berita Mingguan Tempo dan Pemerhati Sosial

  Editor: Jufri Alkatiri