
Malam Nisfu Sya’ban: Tradisi yang Menyejarah di Indonesia. (Foto: id.wikipedia.org)
Oleh : Murodi al-Batawi dan Flori R. Sari al-Jawi*
Insya Allah dalam beberapa hari ke depan, tepatnya sekira pada 14 Februari 2025, malam Jum’at atau Kamis malam Jum’at, umat Islam seluruh dunia, termasuk Muslim Indonesia, akan memasuki pertengahan Bulan Sya’ban, atau dalam tradisi Islam dikenal dengan istilah Nisfu Sya’ban yang dilakukan setiap tanggal 15 Sya’ban Kalender Hijriyah.
Biasanya, perayaan Nisfu Sya’ban dilakukan ba’da shalat Maghrib, karenanya, banyak masyarakat Muslim, baik secara sendiri atau bersama keluarga besarnya datang bersamaan ke Masjid atau Mushalla, untuk membaca Surah Yasin sebanyak tiga kali. Berdzikir dan berdo’a bersama. Dalam hal ini ada tradisi yang masih dipertahankan, khusus Muslim di Indonesia, yaitu, membawa air di botol atau di teko. Tanpa ada instruksi, mereka semua membawa air untuk dibacakan do’a secara bersama pada malam Nisfu Sya’ban. Mereka berharap air yang sudah dibacakan do’a membawa keberkahan buat mereka semua, untuk menjalani kehidupan di dunia lebih bahagia dan sukses lagi.
Nisfu Sya’ban dalam Sejarah Islam
Nisfu Sya’ban adalah malam ke-15 dari bulan Sya'ban dalam kalender Hijriyah. Malam ini dianggap sebagai malam yang sangat penting dan bersejarah dalam Islam. Tidak ada catatan sejarah yang jelas tentang asal-usul Nisfu Sya’ban. Namun, beberapa ulama menyebutkan bahwa Nisfu Sya’ban telah dirayakan oleh umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Menurut riwayat, Nabi Muhammad SAW melakukan shalat sunnah dan dzikir pada malam Nisfu Sya’ban. Beliau juga memerintahkan umat Islam untuk melakukan kegiatan serupa, yang kemudian menjadi tradisi dalam Islam yang hingga kini masih tetap dilaksanakan atau dipraktikkan.
Kemudian, pada fase selanjutnya, perayaan Nisfu Sya’ban berkembang pesat pada abad ke-5 Hijriyah, ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa. Pada masa itu, umat Islam di Baghdad dan kota-kota besar lainnya; seperti Mesir, Syam, Andalusia yang melakukan perayaan besar-besaran untuk memperingati malam Nisfu Sya’ban. Pada masa itu, umat Islam melakukan berbagai kegiatan, seperti shalat sunnah, dzikir, dan sedekah.
Dalil Perayaan Malam Nisfu Sya’ban
Dalam pelaksanaan perayaan malam Nisfu Sya’ban, terdapat dalil al-Qur’an dan al-Hadis, yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum untuk pelaksanaan malam Nisfu Sya’ban. Meski tidak terdapat secara khusus ayat terkait perayaan malam Nisfu Sya’ban, tapi paling tidak ada ayat yang mendukung perayaan malam Nisfu Sya’ban tersebut, untuk beribadah pada Allah SWT dan memohon ampunan dariNya, ayat Surah al-A’raf ayat 55, berikut. "Dan berdoalah kepada-Nya dengan penuh ketakwaan dan harapan. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat melampaui batas." (QS. Al-A'raf: 55).
Meski ayat ini secara umum menjelaskan bahwa Allah akan turun ke langit dunia untuk memberi ampunan bagi hambanya yang beribadah di sepertiga malam, bisa juga dijadikan sebagai dasar hukum pelaksanaan malam Nisfu Sya’ban.
Adapun al-Hadis tentang Nisfu Sya’ban antara lain Hadits
1. Hadis Riwayat Imam Bukhari:
"Rasulullah SAW bersabda: 'Allah SWT turun ke langit dunia pada malam Nisfu Sya’ban dan memaafkan dosa-dosa umat-Nya lebih banyak dari jumlah bulu domba.'" (HR. Bukhari, no. 1145)
Sanad: Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini dari Abdullah bin Umar RA.
Matan: Hadis ini menjelaskan bahwa Allah SWT turun ke langit dunia pada malam Nisfu Sya’ban dan memaafkan dosa-dosa umat-Nya.
Rawi: Abdullah bin Umar RA adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal dengan keilmuan dan ketakwaannya.
2. Hadis Riwayat Imam Muslim:
"Rasulullah SAW bersabda: 'Malam Nisfu Sya’ban adalah malam yang mulia, dan Allah SWT memaafkan dosa-dosa umat-Nya pada malam itu.'" (HR. Muslim, no. 1175)
Sanad: Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Abu Musa Al-Asy'ari RA.
Matan: Hadis ini menjelaskan bahwa malam Nisfu Sya’ban adalah malam yang mulia dan Allah SWT memaafkan dosa-dosa umat-Nya pada malam itu.
Rawi: Abu Musa Al-Asy'ari RA adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkenal dengan keilmuan dan ketakwaannya.
Penjelasan Rasional tentang Nisfu Sya’ban
Nisfu Sya’ban adalah malam ke-15 dari bulan Sya'ban dalam kalender Hijriyah. Malam ini dianggap sebagai malam yang sangat penting dan bersejarah dalam Islam karena beberapa alasan:
1. Malam Pengampunan -- Nisfu Sya’ban dianggap sebagai malam pengampunan, di mana Allah SWT memaafkan dosa-dosa umat-Nya.
2. Malam Pemberian -- Nisfu Sya’ban juga dianggap sebagai malam pemberian, di mana Allah SWT memberikan rahmat dan karunia kepada umat-Nya.
3. Malam Peringatan -- Nisfu Sya’ban juga dianggap sebagai malam peringatan, di mana umat Islam diingatkan tentang pentingnya beribadah dan memohon ampun kepada Allah SWT.
Dalam rangka memperingati Nisfu Sya’ban, umat Islam di seluruh dunia melakukan berbagai kegiatan, seperti:
a). Melakukan shalat sunnah dan dzikir
b). Membaca Al-Qur'an dan melakukan tadarus
c). Berpuasa dan melakukan sedekah
d). Mengadakan majelis taklim dan pengajian
Dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, umat Islam dapat memperoleh pahala dan memperkuat hubungan dengan Allah SWT.
Tradisi Nisfu Sya’ban di Indonesia
Di Indonesia, perayaan Nisfu Sya’ban telah ada sejak zaman kolonial. Pada masa itu, umat Islam di Indonesia melakukan perayaan besar-besaran untuk memperingati Nisfu Sya’ban. Saat ini, perayaan Nisfu Sya’ban masih dilakukan oleh umat Islam di Indonesia. Berbagai kegiatan, seperti shalat sunnah, dzikir, dan sedekah, dilakukan untuk memperingati malam yang suci ini. Bahkan mereka melakukan dzikir didahului oleh pembacaan Surah Yasin sebanyak tiga kali. Setiap selesai membaca Surah Yasin diiringi dengan do’a bersama untuk keselamatan, kesehatan dan dimurahkan rizki yang banyak dan berkah. Mereka berdatangan ke Masjid atau Mushalla dengan membawa air untuk mendapatkan do’a dari jama’ah. Berharap memperoleh berkah dari Allah SWT. Selesai baca Surah Yasin, berdzikir dan berdo’a, sambil menunggu waktu Isya, mereka bersiap berwudlu, kemudian meminum air yang baru dibacakan do’a. Dengan harapan semua do’a mereka diijabah dan dosa mereka diampuni Allah SWT, sehingga ketika pulang ke rumah masing-masing, dada mereka terasa lega dan hidup mereka semakin bahagia -- karena sudah mendapatkan anugerah dan ampunan dari Allah SWT.
Tradisi itu hingga kini masih terjaga dan dpertahankan oleh Muslim Indonesia, termasuk GEN Z juga turut serta mempertahankan tradisi ini dengan datang ke Masjid atau Mushalla secara berjama’ah.
*Dosen Tetap Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Editor: Jufri Alkatiri