Pesantren: Asal usul Kelembagaan (Foto: Regional Kompas)

Oleh: Prof. Dr. Murodi al-Batawi, MA*

Pada edisi pertama dan kedua, sudah dijelaskan asal-usul dan nama pesantren. Nomenklatur_Pesantren_   yang kemudian menjadi khas milik Islam Indonesia, mengalami banyak akulturasi dan tranformasi -- terlebih setelah mendapatkan tambahan kata  Pondok, menjadi Pondok Pesantren, menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda Muslim Indonesia untuk memperdalam ilmu agama Tafaqquh fi al_Dien.  Mereka berdatangan dari berbagai pelosok tanah air dan bermukim di pesantren tersebut. Karena semakin banyak yang berdatangan dan ingin mondok, maka Sang Kyai membangun pondok-pondok buat mereka tinggal. Dalam perkembangan selanjutnya, dikenallah istilah Pondok Pesantren. Dan Pondok Pesantren, tentu saja memiliki tradisi yang terus dipelihara hingga kini.

Tradisi Pesantren

Ada pertanyaan menatik tentang hal ini. Apakah tradisi itu berakar dari budaya Indonesia atau sudah tercampur dengan budaya asing. Dalam konteks ini, beragam pendapat. Salah satunya pendapat Martin van Bruinessen. Dia mengatakan bahwa tradisi pesantren pada satu sisi, berasal dari budaya khas Indonesia, sehingga  pesantren bisa dianggap sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, yang berbeda dengan Sekolah tradisional  lainnya di dunia Islam. Pada sisi lain, pesantren betorientasi internasional dengan Haramain sebagai pusat orientasinya. Bukan Indonesia. Inilah tradisi paradoks menurut Martin.

Pola khas pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional untuk Tafaqquh fi-al-Dien sedikit banyak mencerminkan adanya pengaruh asing. Pesantren menyerupai Lembaga Pendidikan di India dan Timur Tengah. Para Kyai besarnya mendapatkan pendidikan di pusat-pusat pengajaran Islam prestisius di Haramain dan Mesir. Para Kyai itu dianggap sebagai perantara tradisi  besar keilmuan Islam yang bersifat internasional dengan varian tradisi Islam yang sederhana di Indonesia.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tradisi pesantren di Indonesia yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan keilmuan santri.  Berikut beberapa tradisi pesantren yang masih dilestarikan hingga saat ini:

Tradisi Keilmuan: 1. Pengajian Kitab Kuning: Pesantren memiliki tradisi pengajian kitab kuning -- yaitu kitab-kitab klasik yang membahas berbagai aspek keislaman. 2.Sorogan: Tradisi sorogan adalah metode pembelajaran di mana santri membaca dan menerangkan kitab di depan kyai atau guru. 3. Bandongan: Tradisi bandongan adalah metode pembelajaran di mana kyai atau guru membaca dan menerangkan kitab kepada santri.

Tradisi Keagamaan: 1. Pengajian Rutin: Pesantren memiliki tradisi pengajian rutin, seperti pengajian harian, mingguan, atau bulanan. 2. Kegiatan Rohani: Pesantren juga memiliki tradisi kegiatan rohani, seperti zikir, shalawat, dan doa bersama.

Tradisi Kehidupan Bermasyarakat : 1. Kegiatan Sosial: Pesantren memiliki tradisi kegiatan sosial, seperti bakti sosial, penggalangan dana untuk kegiatan sosial, dan lain-lain. 2. Keterlibatan Masyarakat: Pesantren juga memiliki tradisi keterlibatan masyarakat, seperti pengajian umum, kegiatan keagamaan di masyarakat, dan lain-lain.

Dengan demikian, tradisi pesantren di Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan keilmuan santri, serta memperkuat hubungan antara pesantren dan masyarakat. (*)

*Dosen Tetap Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pengamat Sosial Kemasyarakatan

Editor: Jufri Alkatiri