
Selamat Hari Kartini : Segi Tiga Cinta (Foto: Liputan6.com)
Oleh: Anwar Rosyid Soediro*
Cinta berbentuk segitiga: Yang-Mencinta (laki), Yang-Dicinta (perempuan), dan Yang-Metafisik. Hal ini menyerupai model persahabatan (yang merupakan bagian dari cinta) Platonik di dalam dialog bejudul Lysis.
Sedangkan Sokrates menggambarkan bahwa persahabatan yang sejati selalu mengandaikan adanya “pihak ketiga”. Di luar dua orang yang saling bersahabat yang saling mencintai, ada satu hal yang diinginkan bersama, yaitu “kebaikan”. Kebaikan itulah yang menjadi dasar persahabatan, dasar percintaan, dan dasar kasih sayang. Gambaran cinta ala Platonik. Cinta yang menghasrati Yang-Ideal. Meskipun cinta bisa jadi non-resiprokal.
Peran perempuan menjadi sangat utama?
Karena Wanita : Fasyuhûduhu li al-haqqi fi al-mar-ati atammu wa akmalu. Menjumpai Tuhan dalam diri seorang perempuan itu cara yang paling sempurna. Kenapa? Liannahu yusyâhidu al-haqqa min haytsu huwa fâ’ilun wa munfa’ilun. Karena dengan cara itu, seorang lelaki (sebagai pecinta) dapat menjumpai Tuhan dengan cara aktif sekaligus reseptif.”
Perempuan adalah simbol jiwa yang aktif (fâ’il) dan sekaligus reseptif (munfa’il). Sementara jiwa laki-laki hanya melulu bersifat aktif, namun tidak memiliki kemampuan reseptif. Atas alasan itulah, cinta seorang pria (maskulin) kepada Yang-Metafisik dijembatani oleh kehadiran seorang perempuan (feminim).
Wanita semata-mata hanya sebagai jembatan, yang apabila lelaki sudah sampai kepada Yang-Dituju jembatan itu bisa tidak dipakai. Perempuan bisa hilang, ketika diri pria sudah “terbakar” (fana’). Cinta yang tadinya berbentuk segitiga, akhirnya lenyap, dan hanya akan tinggal berdua: Pecinta dan Sang Kekasih Sejati.
*Pemerhati Keagamaan, Filsafat, dan Alumni UGM Yogyakarta
Editor: Jufri Alkatiri