
Kepedulian Generasi Senior (Foto: Renville Almatsier)
Oleh: Renville Almatsier*
Tahun ini -- Ikatan Mahasiswa Djakarta – IMADA yang lahir, 25 April 1955 menginjak usia ke 70 tahun. Dies Natalis organisasi ini dirayakan Rabu, 30 April 2025 dalam acara sekaligus halal bihahal di antara anggota. Hadir lebih seratusan anggota.
Pada kesempatan itu beberapa orang warga-lintas angkatan IMADA, menyampaikan kepedulian mereka terhadap situasi negara saat ini, khususnya terkait pendidikan generasi penerus. Intinya, walau sudah manula, namun merasa pernah muda, mereka melihat maraknya kemerosotan disiplin, rendahnya etika, serta maraknya praktik premanisme dan lain-lain di tengah masyarakat saat ini.
Dibacakan oleh Seniorita Irid Rachman Agoes (Angkatan 1964), didampingi oleh Hermansyur Kartowisastro (‘64), Aat Faturachman Djamaludin (’64), Djamhari Sirat (’65), Renville Almatsier (’65), Adnan Karamoy (’68), Ida Sudoyo (’69), Azrar Hadi Ramli (’69) sementara Anangga Roosdiono (’61) berhalangan hadir. Mereka mengimbau dan sekaligus mendukung pemerintah untuk meningkatkan perhatian pada berbagai faktor di bidang pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi, yang terkait dengan masa depan bangsa.
Keprihatinan ini mereka rumuskan dalam bentuk butir-butir harapan untuk perbaikan dengan usulan, seperti peningkatan pola belajar-mengajar, digitalisasi pemanfaatan AI, penyelarasan dan paduan program (sinkronisasi dan harmonisasi) kebutuhan pasar kerja dengan hasil pendidikan, dan lain-lain.
Dalam waktu dekat Kelompok Pemrakarsa berencana menyampaikan kepedulian ini, disertai detil usulan jalan keluarnya, kepada Pemeritah cq Presiden RI. Kepedulian itu tercetus dari acara-acara santai disambung komunikasi lewat media sosial dan dilanjutkan dengan diskusi tatap muka. Di antara penggagas kepedulian itu ada mantan dirjen, rektor, dokter, pengusaha, pendidik, wartawan dan praktisi kehumasan.
IMADA adalah organisasi mahasiswa lokal independent -- bersama organisasi mahasiswa lokal lainnya seperti PMB, IMABA, CSB (Bandung), MMB (Bogor), GMS (Surabaya) dan IMAYO (Yogyakarta) mereka tergabung dalam SOMAL (Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Mahasiswa Lokal). Mereka merupakan salah satu eksponen pendiri KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) pada masa pergerakan mahasiswa 1966, pasca peristiwa G30S.
Acara Dies dan nostalgia ditutup dengan bersyukur setelah perjalanan panjang, masing-masing warga alumni IMADA apa pun latar belakangnya, tetap kompak menjaga persaudaraan di antara mereka sesuai dengan motto organisasi itu we are a big and happy family. (*)
*Pengamat Sosial dan Mantan Jurnalis Majalah Berita Tempo
Editor: Jufri Alkatiri