
Renungan Dino Jemuwah : Proposal Cinta (Foto: shutterstock.com)
Oleh: Anwar Rosyid Soediro*
Anggur Cinta
Anggur cinta-Nya kepadamu adalah merupakan pengetahuan bahwa cinta seorang manusia kepada-Nya berasal dari cinta-Nya kepada manusia. Jadi ketika seorang pencari cinta tidak menyadari cintanya kepada-Nya -- hal itu karena dia “mabuk” dengan cinta dari-Nya kepada orang tersebut, maka dirinya adalah seorang pencinta yang tidak menyadari bahwa dirinya adalah seorang pencinta.
Alqur’an dibuka dengan surat al-fatehah, yang merupakan intisari dari ajaran Qur’an bahkan merupakan intisari dari seluruh kitab-kitab Allah (Taurat, Zabur, Injil, dan Musaf-Musaf para nabi terdahulu), al-Fatehah jika sarikan lagi adalah ar-Rahman dan ar-Rahim, kedua kata itu memiliki akar kata (kata dasar) yang sama, yang berarti “cinta”.
Sehingga dapat dipahami bahwa Allah menciptakan alam semesta karena cinta-Nya yang ingin merasakan dan menikmati keindahan dan kesempurnaan ciptaan-Nya. Oleh karenanya penciptaan manusia oleh Allah adalah merupakan manifestasi cinta-Nya, dan sebaliknya cinta manusia kepada Allah adalah jalan untuk mencapai kesatuan dengan-Nya. Maka sejatinya, Anggur Cinta-Nya yang diberikan kepada manusia adalah wujud cinta-Nya kepada hambanya sehingga manusia (harus) mencintai-Nya. Jadi jika seorang hamba mencintai-Nya -- maka sejatinya hamba itu telah meminum minuman (anggur) cinta-Nya yang disajikan kepada-nya, dengan kalimat lebih sederhana, bahwa “cintamu kepada-Nya adalah cinta-Nya kepadamu!” Maka (menyadari cinta-Nya kepadamu) telah memabukkanmu hingga tidak menyadari cintamu kepada-Nya, meskipun kamu merasa bahwa kamu mencintai-Nya, sehingga kamu tidak lagi membedakan (antara dua aspek cinta ini).
Ini (kesadaran yang luar biasa akan cinta-Nya) adalah manifestasi Diri (ilahi) dari pengetahuan batin (tentang Tuhan: tajalli al-ma'rifa), karena pencinta tidak pernah menjadi orang yang mengetahui -- dan orang yang mengetahui tidak pernah menjadi pencinta.
Begitulah cara pencinta dibedakan dari orang yang mengetahui, dan mengetahui dibedakan dari mencintai. Maka cinta-Nya kepadamu (ketika cinta itu benar-benar dirasakan) memabukkanmu dari cintamu kepada-Nya: yaitu minuman anggur (yang dipersembahkan kepada Muhammad, bersama minuman susu atau air) yang jika Rasulullah telah meminumnya pada malam perjalanan Surgawinya, niscaya akan menyesatkan manusia dari umat Nabi.
Namun cinta seorang kepada-Nya tidak memabukkannya dari (mengalami) cinta-Nya kepada-nya: yakni (kombinasi keduanya) minuman “susu” yang diminum Rasulullah pada malam perjalanan Surgawinya. Melalui minuman Allah menganugerahkan kepadanya “keseimbangan primordial (al-fitra) yang dengannya Allah menganugerahkan semua makhluk/ciptaan”(QS. Rum/30: 30), agar umatnya dapat dibimbing dengan benar melalui mencicipinya dan meminumnya; karena (keseimbangan itu) adalah perlindungan dan penjagaan ilahi. (Melalui pilihan itu) mereka mengetahui apa bagian dari dirinya dan apa bagian-Nya (Allah), dalam keadaan (yang menyatu) antara sadar dan mabuk.
Menjadi terang bahwa minuman anggur cinta-Nya yang diberikan kepadamu adalah pengetahuan bahwa cintamu kepada-Nya berasal dari cinta-Nya kepadamu. Jadi ketika kamu tidak menyadari cintamu kepada-Nya (karena kamu “mabuk” dengan cinta-Nya kepadamu), maka kamu adalah seorang pencinta yang tidak (menyadari bahwa dia adalah) seorang pencinta!
Bahasa cinta, adalah pengalaman paling kuat, dan paling intens dalam kehidupan manusia. Dalam menggunakan bahasa ini, mereka menuruti bukan hanya segenap realitas dari fitrah manusia, melainkan juga ayat-ayat al-Qur’an dan hadits.
Sangkan paraning dumadi, “manusia tercipta karena cinta dan akan kembali menyatu kepada-Nya dengan cinta” sebagaimana hadits hanya karena Rahmat (cinta) Allah manusia akan dapat masuk surga (bertemu dengan Nya) (HR. Muslim no. 2817) dan firman Allah; Katakanlah (wahai Muhammad) jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian(QS. Al-Imran/3: 31). (bersambung pada bagian penutup)
*Pemerhati Keagamaan, Filsafat, dan Alumni UGM Yogyakarta
Editor: Jufri Alkatiri