
Prof. Dr. Abdul Mu’ti di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Jagakarsa (Foto: PP. Muhammadiyah)
Pijarberita.com- Jakarta-Turos merupakan karya klasik para ulama, pemikir, dan cendekiawan muslim masa lalu telah menjadi bagian penting dari warisan sejarah Islam yang sangat luhur terutama dalam bidang ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu alat. Turos harus menjadi landasan penting bagi pendidikan di Indonesia
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menyaksikan kemampuan santri Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah asuhan Said Aqil Siraj berbicara dalam dua bahasa Arab dan Inggris, Mu’ti memuji dan yakin para santri wisudawan Al Tsaqafah akan menjadi pemimpin dan pemenang sesuai dengan tema wisuda "Santri Today Leaders Tommorrow, Pillar of Indonesia Golden Future". “I witness and I'm very optimist Muslim could become a leader, Muslim could become the champion not only in relation to our daily life our worldly life but also for our spiritual life,” kata Mu’ti dalam sambutan menggunakan bahasa Inggris pada Wisuda dan Kelulusan Santri Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah asuhan Said Aqil Siraj, di Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Menurut Mu’ti, pendidikan harus dibangun di atas lima dasar utama yakni pertama turos, atau dasar-dasar yang menjadi bagian dari warisan sejarah Islam yang sangat luhur terutama dalam bidang ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu alat ilmu alat. Ilmu-ilmu agama dalam bidang-bidang ilmu-ilmu ushuliah menjadi fondasi penting dalam menjelajahi khasanah keilmuan Islam yang tidak pernah dan tidak akan pernah terbatas
“Turos ini menjadi bagian dari warisan sejarah Islam yang membentuk karakter keislaman kita, it is part of our identity it is part of the construction of our Islam, karena itu maka penguasaan ilmu-ilmu alat turos al islamiyah menjadi landasan dari pendidikan Islam,” katanya.
Fondasi kedua yang sangat penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun menurut Mu’ti penekanannya bagaimana teknologi itu tidak terpisahkan dan tidak tercabut dari akar-akarnya terutama dari Al-Qur'an. Apapun bentuk teknologi sekarang menurut Mu’ti akan ditemukan dasar dan asasnya dari Al-Qur'an.
Fondasi ketiga adalah akhlak. Kalau ilmu pengetahuan tidak dilandasi oleh akhlak maka dia akan menjadi senjata yang bisa menimbulkan kerusakan di mana-mana. Sementara fondasi keempat adalah entrepreneurship, suatu kemampuan untuk memiliki semangat kewirausahaan semangat kemandirian bekerja, menciptakan lapangan pekerjaan. Menurut Mu’ti tradisi pesantren yang ia pelajari dari berbagai kajian adalah tradisi entrepreneurship.
Fondasi kelima adalah wataniah. Tidak kalah pentingnya adalah wataniah atau kebangsaan. Mu’ti mengamati bagian penting ikrar para santri seperti ikrarnya taruna akademi militer, nasionalismenya tidak perlu diragukan lagi. (jal)
Editor: Jufri alkatiri