Foto: Kompas Lifestyle

Oleh: Anwar Rosyid  Soediro*

Daya kreatif manusia ketika dihadapkan pada realitas membuat dia menyusun strategi imajinatif untuk mengatasi segala aral yang menghalang. Imajinasi kreatif mengejawantah dalam bentuk harapan akan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat. Imajinasi menentukan orientasi masa depan umat manusia.

Sisi kreatif merupakan salah satu bagian yang dimiliki manusia, terutama pada hemisfer otak kanan. Pada masyarakat Indonesia, lebih menggunakan hemisfer otak kiri, akibat pola cara berpikir sektoral (banyak menggunakan otak kiri) yang diterapkan pendidikan sekarang ini, sehingga tingkat kreativitas cenderung mereka lemah.

Pikiran sektoral tersebut akibat cara pengajaran di sekolah-sekolah, terutama pada sekolah-sekolah dasar dan sekolah-sekolah menengah, dimana pada sekolah ini penerapan pola pikir melalui logika lebih ditekankan dibandingkan dengan pola pikir intuitif, bahkan imajinatif. Padahal pada era digital sekarang ini diperlukan creative problem solving yang mampu mensinergikan otak kanan untuk berpikir kreatif dan otak kiri dalam berpikir logis.

Sebenarnya, kreativitas umat ini masih dapat diselamatkan dengan cara menyeimbangkan situasi yang dapat memungkinkan kita untuk berpikir kreatif ketika mendapatkan pelajaran/pengajaran yang dituntut untuk menggunakan logika secara berlebih.

Oleh karena itu dibutuhkan, suatu ruang yang mampu memberi situasi yang memberi inspirasi dan mampu menekan kita untuk berpikir secara kreatif, agar masyarakat kita mampu membuat inovasi-inovasi yang mampu mengejutkan dunia. Pada era digital sekarang,   metaverse sangat memacu umat manusia untuk  menggunakan pemikiran-pemikiran kreatif dan cemerlang.

Kreativitas adalah pola berpikir secara divergen yang memberi peluang atas kehadiran imajinasi, sifatnya acak, tidak berpola, dan tidak terduga. Dapat disebut  blackbox dalam ranah pengetahuan manusia. Suatu alam mental yang melahirkan gagasan yang cenderung tidak konvensional, independen dan terbebas dari kebakuan. Singkatnya kalimat  think outside of the box  sangat mewakili kata kunci “kreativitas” tersebut.

Dari manakah kreativitas itu berasal? Secara biologis, otak bagian depan memiliki peran dan pengaruh yang sangat penting dalam menentukan kreativitas. Bahkan sebagian dari ilmuwan menganggap kreativitas ialah output yang sama dari proses kognitif intelegensi.

Segala sesuatunya menjadi kebalikan dari yang real menurut otak kiri. Imajiner menjadi alibi dari yang nyata oleh dunia yang didominasi oleh prinsip realitas, sedangkan realitas telah menjadi alibi mode dalam kontrol dunia yang dipimpin oleh prinsip simulasi. Secara paradoks, kenyataan seakan-akan telah menjadi Utopia yang diimpikan oleh orang memimpikan benda yang hilang. Persoalan sekarang adalah membedakan “Yang Real” di tengah samudera realitas yang begitu beragam (varieties) seperti sekarang.

Dengan sikap yang optimistis, dalam fenomena metaverse yang beragam mampu dipahami dengan baik jika diurutkan dengan baik. Secara ontologis, realitas-realitas yang nampak di sekitar kita bersumber dari “Realitas yang tidak nampak”. Oleh karenanya, kita tidak akan pernah bisa melihatnya secara langsung, karena Dia tidak berbentuk dan tidak berkaki, namun kita bisa merasakan kehadirannya melalui pemaknaan, Imajinasi kreatif dalam metaverse adalah konsep virtual yang menggambarkan ruang digital di mana pengguna dapat berinteraksi satu sama lain dan dengan objek virtual dalam lingkungan yang serupa dengan dunia nyata.

Ini bukan hanya sekadar satu platform, tetapi lebih merupakan gabungan dari berbagai platform, aplikasi, dan teknologi yang terhubung untuk menciptakan pengalaman bersama yang luas dan terintegrasi. Hal ini mendukung perkembangan teknologi dalam berbagai aspek; seperti arsitektur Imajinasi membangun gedung, dan taman. media dalam membuat citra (image), perencanaan dengan imajinasi desain grafis dan pengembangan SDM. Seperti kebahagian dan ketenangan batin. (Bersambung)

*Pemerhati Keagamaan dan Filsafat

  Editor: Jufri Alkatiri