Ilustasi indiekraf.com
Oleh: Anwar Rosyid Soediro*
Di era moderen yang serba digital, sebagian besar umat manusia dihadapkan pada berbagai macam problem, seperti perasaan susah, gelisah, dan cemas, hingga mereka mengalami depresi atau stres. Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi agar hidup menjadi tenang dan sehat. Banyak psikolog gagal dalam mengatasi masalah depresi dan stres.
Kegagalan para psikolog dalam penyembuhan bukan berasal dari metode yang mereka gunakan, melainkan dari kesalahpahaman mereka akan konsep manusia. Menurut mereka, manusia hanya memiliki dua dimensi jismiyyah (fisik) dan nafsiyyah (emosional) saja melupakan adanya aspek rûhiyyah (spiritual) sebagai esensinya. Konsep yang mereka pahami tersebut berimplikasi pada konseling yang tidak menyentuh esensi masalah yang dihadapi.
Hal ini terjadi karena orang-orang menginginkan kedamaian batin, bukan sekadar janji-janji kedamaian batin. Orang-orang ingin mengalami apa yang sakral secara langsung, bukan melalui kata-kata perantara. Orang-orang menginginkan kehidupan yang dipenuhi dengan rahmat, kasih dan persaudaraan, bukan kehidupan yang dipenuhi dengan stres dan keterasingan. Orang-orang menginginkan komunitas yang benar-benar mendukung mereka, bukan komunitas yang membiarkan yang berkuasa memangsa mereka.
Karena itu, kaum sufi melakukan pendekatan spiritual untuk mengobati “penyakit” yang dihadapi manusia tersebut sampai ke akar-akarnya. Rabi’ah al-Adawiyah, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj, dan al-Qusyairi telah menerapkan pendekatan spiritual membangkitkan “imajinasi kreatif yang kuat” sebagai alternatif terapi kesehatan yang tidak mampu dilakukan para psikolog. Mereka tidak hanya memulihkan kesehatan jiwa, tetapi juga memberikan ketenangan dan kebahagiaan hidup.
Imajinasi kreatif merupakan satu bentuk healing dengan prosesi atau laku fitrah keilahian manusia yang memanifestasi dengan ketulusan (ikhlas), cinta dan kemurnian. Retreat (meditasi) dengan melakukan dzikir, doa, dan ibadah membangkitkan imajinasi kesadaran mengenal Allah dalam pengalaman manusia sendiri.
Dalam terapi penyembuhan (healing) diperlihatkan dalam diri sendiri sebuah bentuk imajinasi penyangkalan diri yang menyebabkan penyakit secara psikis dan fisik. Kondisi seperti ini dapat mencegah sakit yang datang , utamanya pesimisme, depresi, dan kemurungan. Lawan depresi adalah ekspresi yang hadir, dan manusiapun menerima hubungan dengan kreatif, sehingga manusia itu sendiri akan menjadi kendaraan untuk kekuatan kreatif. (Bersambung)
*Pemerhati Keagamaan dan Filsafat
Editor: Jufri Alkatiri