Tantangan JKW Mengakuisisi PDIP (Foto: detik.news)
Oleh : Anwar Rosyid. Soediro*
Melihat judul bahwa JKW akan mengakuisisi PDIP, umumnya kebanyakan orang tidak akan percaya?!. hal ini wajar jika hanya melihat JKW yang sudah menjadi mantan presiden, bahkan terakhir telah dipecat dari keanggotaan PDIP.
Akhir Tahun 2020 saya juga pernah menulis kalau JKW membuat skenario besar dengan mengundang semua ketua partai: skenario 1. Presiden 3 periode, skenario 2 Pemilu diundur 2 Tahun (Pemilu 2026), dengan strateginya; mahasiswa daring diperpanjang supaya tidak demo, biang demo FPI dilumpukan dengan mengkasuskan HRS. dan kerja intelegen yang teruji menjadikan Boby dan Gibran jadi walikota (kalau sekarang dikenal PARCOK), Lembaga survey bayaran menaikkan rate kepuasan terhadap JKW, bahkan Lembaga survei inilah yang kemudian mendeklarasikan presiden 3 periode JKW-PS waktu itu, dan sekarang Qodari menjadi wamen.
Sudah terbaca bahwa, yang menjadi kendala skenario JKW di atas adalah Ibu Mega yang kekeh terhadap konstitusi karena merasa konstitusi adalah legacy bapaknya (Bung Karno), sehinga last minute JKW membuat skenario menggandeng Prabowo dan meluncurkan Gibran sebagai cawapresnya hal yang sudah lama direncanakan dan siapkan oleh JKW.
Skenario selanjutnya, JKW akan masuk dan menguasai partai besar, opsinya; Gerindra, Golkar, PAN dan PDIP. Info dari elit partai-partai JKW sudah final akan mengambil alih PDIP. Sebagaimana jawaban yang berupa tantangan JKW ketika dipecat dari keanggotaan PDIP;
“Ndak apa, saya menghormati itu dan saya tidak dalam posisi membela atau memberikan penilaian karena keputusan itu sudah terjadi. Nanti waktu yang akan mengujinya,” ujar Jokowi di kediamannya di Kelurahan Sumber, Kota Solo, Selasa (17/12/2024).
Tantangan JKW dengan ucapan “Nanti waktu yang akan mengujinya,” jangan dianggap remeh. Loyalis Jokowi telah tersebar afiliasi politiknya. Kaesang Pangarep, merupakan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Menantu dan loyalis Jokowi, masing-masing Bobby Nasution dan Maruarar Sirait, kini berada di Partai Gerindra. Dengan begitu, Jokowi masih bebas menggunakan pengaruhnya di partai politik. Kaki-tangan politiknya dipersiapkan dengan baik. Dia punya orang di kementerian, partai politik, kepala daerah, dan lainnya yang menguatkan secara politik.
Kekuatan JKW bertumpu “Parcok dan dukungan dari China”, bahkan Presiden Prabowo sendiri tidak mampu mengganti Kapolri, hal yang sesungguhnya berbahaya secara politik bagi kedudukan seorang presiden ketika intelejen tidak berada dibawah komandonya. Bahkan Kabinet Prabowo seorang bekas Danjen Kopasus, tunduk patuh dengan hampir semua Kabinet diisi orang-orang kepercayaan JKW.
Perlu di ingat JKW awalnya adalah proksi CIA yang belakangan di akuisisi oleh China karena kesamaaan idiologi dalam hal nepotisme, politbiro, dan politik dinasti Awal mula JKW diambil CIA, ketika Presiden SBY -- yang telah diketahui didukung CIA dengan membuat pencitraan SBY sebagai orang baik yang dianiaya (didholimi) rezim masa itu dan telah berhasil menjadi presiden dengan komitmen, jika jadi presiden harus memenjarakan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.
Setelah SBY lengser proksi CIA dilanjutkan dengan mendongkrak pencitraan JKW. Hal ini karena ketika itu SBY mendelegasikan pemenjaraan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir kepada JKW. Maka dibikinlah mitos JKW sebagai pengusaha mebel dengan agen-agen CIA di Indo yakni: LBP dan si kumis AM-HP.
Seiring dengan perang dagang AS vs China, yang saling menguntungkan akhirnya pada pemerintahan JKW yang kedua China yang menjadi pendukung utama JKW. Sehingga tidak heran jika pemerintahan Prabowo Gibran, didukung China, sudah jelas terlihat dari kunjungan kehormatan pertama presiden Prabowo ke China.
Kerja senyap parcok yang menguasai KPK dan intelijen pada saatnya akan menyusup dalam internal partai membuat konflik internal dan pengaturan peraturan kepartaian di Kementerian Kumham. Akan mirip Muldoko mengkudeta demokrat sehingga SBY menjadi jinak.
Maka tantangan JKW. hanya tinggal menunggu waktu PDIP akan menjadi tahtanya JKW untuk menyiapkan langkah politik Gibran, berikut perangkat-perangkatnya, sebagai kendaraan partai politik dalam Pemilu 2029.
Dalam waktu dekat akan dapat dilihat kongres PDIP. Pasti akan diaduk-aduk agar ada celah ilegal, sehingga ada peluang mengambil secara hukum yang direkayasa. Semoga PDIP tetap solid menuju kongres 2025. Wallahualam
* Pemerhati Filsafat dan Pengamat Sosial
Editor: Jufri Alkatiri