Isra’ Mi’raj -- Laku Suluk Mendaki Tangga Langit. (Foto: tributeasia.com)

Oleh: Anwar Rosyid  Soediro*

Catatan untuk Renungan; Sebelum membahas shalat sebagai sarana mi’raj orang beriman kita renungkan catatat berikut ini:

1. Pertama Menjalani Perintah Shalat.

Setelah mendapat perintah Shalat,  Nabi Muhammad turun ke Baitul Maqdis dengan ditemani oleh para Nabi -- kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam shalat bersama mereka setelah waktu shalat tiba. Kemungkinan shalat yang dimaksud adalah shalat subuh. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa Nabi mengimami mereka di langit. Tetapi, berdasarkan riwayat yang lebih shahih, hal itu terjadi di Baitul Maqdis. Hanya dalam sebagian riwayat itu disebutkan bahwa shalat itu dilakukan ketika pertama kali Nabi memasukinya (berangkat).

Menurut lahiriah makna hadits menunjukkan hal itu terjadi setelah Nabi Muhammad pulang menuju ke Baitul Maqdis. Dikatakan demikian, karena ketika Nabi melewati di tempatnya masing-masing, beliau bertanya pada Jibril tentang masing-masing dari mereka dan Jibril ‘Alaihissalam pun memberitahukan kepada Nabi. Kesimpulan inilah yang layak dipegang karena pada awalnya Nabi Shallallaahu alaihi wasallam diperintahkan untuk menghadap kepada Allah Ta’ala untuk difardhukan atasnya dan umatnya perintah yang dikehendaki Allah Ta’ala. Setelah selesai menerima perintah dari Allah, maka barulah Nabi Shallallahu alaihi wasallam berkumpul bersama saudara-saudaranya dari kalangan para Nabi.

Kemudian ditampakkan keutamaan dan kemuliaan Nabi Shallallaahu alaihi wasallam atas mereka, oleh karena itu beliau diajukan untuk menjadi imam shalat mereka, Jibril-lah yang mengisyaratkan hal tersebut kepada beliau. Setelah itu, Nabi keluar dari Baitul Maqdis lalu  mengendarai Buraqnya dan kembali ke Makkah sebelum pagi hari.

2. Penyuguhan Minuman

Penyuguhan beberapa jenis minuman kepada beliau yaitu susu, madu, dan khamr, atau susu, air dan khamr atau semuanya, menurut sebagian riwayat, maka hal itu terjadi di Baitul Maqdis - sedangkan menurut riwayat yang lain terjadi di langit. Bisa-jadi hal ini terjadi di Baitul Maqdis dan di langit mengingat kedua riwayat itu tidak bertentangan dan dapat dijamak.

3. Buraq adalah kendaraan Isra’ perjalanan darat dari Baitullah makah menuju Baitul Makdis Yerusalem. Kendaraan untuk mi’raj disediakan berupa tangga dengan undakan-undakan atau anak tangga menuju ke masing-masing langit.

4.  Pembelahan Dada sebagai persiapan fisik dan spiritual

Mengingat perjalanan menembus lapisan dimensi alam, diperlukan paru-paru dan jantung untuk menyesuaikan dengan kondisi masing tingkat dimensi langit -- dan juga persiapan secara spiritual (ruh) untuk beradaptasi dengan lingkungan asalnya. 5. Mi’raj dapat dilakukan oleh orang beriman -- umat Rasulullah akan dibahas di maqolah selanjutnya.(bersambung)

*Pemerhati Keagamaan, Filsafat, dan Alumni UGM  Yogyakarta

  Editor: Jufri Alkatiri