Komunikasi Sambung Nalar dalam Perspektif Pemikiran Kritis Generasi Milenial (2)

Oleh: Jufri Alkatiri *

Realisme Hipotesis 

Pengetahuan adalah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju pada pengetahuan yang hakiki. Menurut realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah)  dipandang sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas. Menurut Munevar (1981) dalam Bettencourt (1989) — pengetahuan manusia  mempunyai relasi dengan kenyataan tetapi tidak sempurna.

Mengambil semua konsekuensi konstruktivisme, serta memahami pengetahuan sebagai gambaran dari realitas. Pengetahuan individu dipandang sebagai gambaran yang dibentuk dari realitas objektif dalam dirinya. Terdapat kesamaan, dimana konstruktivisme dilihat sebagai proses kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang di sekitarnya.  Kemudian individu membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihatnya berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya, inilah yang disebut dengan konstruksi sosial menurut Berger dan Luckmann.

Realitas yang ada tidak mungkin diserap dengan sempurna untuk menginternalisir penafsiran terhadap realitas tersebut. Setiap orang memiliki versi realitas yang dianggapnya sebagai cermin dari dunia obyektif — sehingga dapat diintepretasikan  bahwa seorang memiliki realitas subyektif  yang tentunya berbeda dengan individu lainnya meski  sama – sama memahami realitas obyektif yang sama. (Ali & Salim, 2019). Cadangan sosial pengetahuan adalah akumulasi dari common sense knowledge (akal sehat). Terbentuknya realitas obyektif bisa melalui legitimasi — merupakan obyektivikasi makna, karena selain menyangkut penjelasan juga mencakup nilai–nilai. Legitimasi berfungsi untuk membuat obyektivikasi yang sudah melembaga menjadi masuk akal secara subyektif. (Charles, 2011)

Visual sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi sambung nalar memang melebihi gerakan yang kuat, isyarat, dan warna dalam hal menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa.(Kukier, 2021) Akan tetapi, demi komunikasi yang efektif, lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya. Dalam kehidupan sehari-hari bukankah hal yang luar biasa apabila manusia terlibat dalam komunikasi yang menggunakan bahasa disertai gambar-gambar berwarna.

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.(Tyurikov et al., 2018) Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. surat, telepon, teleks, media online, majalah, radio, televisi, film adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). (Jansson et al., 2021) Joseph A. Devito — merumuskan definisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakan. Dia mengemukakan definisinya dalam dua item, yakni: Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Hal ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, media online, dan film. (bersambung)

*Jurnalis Senior dan Penguji Kompetensi Wartawan (UKW) LPDS, Kantor Berita ANTARA, UMJ Jakarta

Editor: Jufri Alkatiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *