Oleh: Kurniawan Zulkarnain*
Jika ditengah malam anak anda demam tidak usah khawatir Warung Madura dekat rumah anda menyediakan sirup Sanmol atau Termorex, dan kebutuhan warga. Fenomena Warung Madura merujuk pada tumbuhnya Toko Kelontong atau Warung Kecil yang dikelola para perantau Madura di berbagai kota-kota besar di Indonesia. Data resmi keberadaanya tidak tersedia di BPS, karena dikategorikan sebagai sektor informal seperti warung-warung kelontong yang dikelola masyarakat pada umumnya. Fenomena menjamurnya Warung Madura menarik ,karena bukan hanya berdimensi ekonomi tetapi juga mencerminkan etos kerja yang dilandasi semangat nilai-nilai keagamaan yang dihayati masyarakat Madura.
Fenomena Warung Madura menurut catatan majalah SWA-tahun 2022, dicirikan oleh kegiatan ekonomi yang berlangsung selama 24 jam tanpa tutup, siang-malam untuk melayani kebutuhan konsumen kapan saja. Menempati lokasi strategis seperti pinggir jalan,dekat permukiman padat penduduk atau kawasan strategis yang ramai lainnya. Dikelola dengan modal relatif kecil yang didukung oleh jaringan sosial perantau Madura,yang saling membantu terkait pasokan barang dan tenaga kerja. Barang yang dijajakan harganya terjangkau, bahkan lebih murah dibanding minimarket moderen. Warung Madura mampu bersaing dengan minimarket seperti Indomart/Alfamart karena pelayanan flexibel di dukung oleh hubungan personal dengan konsumen. Barang yang disediakan adalah kebutuhan sehari-hari masyarakat pemukiman yang merupakan pelanggan tetapnya.
Jumlah Warung Madura menurut Asosiasi Warung Madura dan Paguyuban Pedang Madura pada tabun 2024 ini diperkirakan sebanyak lebih dari 15.000 di Jabodetabek dan lebih dari 50.000 Warung Madura secara nasional. Majalah SWA menyebut Fenomena Warung Madura sebagai raksasa mikro yang menyalip toko modern di banyak titik padat kota. Menjamurnya Warung Madura di berbagai daerah,karena faktor pilihan strategi bisnis yang didukung oleh semangat kerja keras para perantau Madura, kegigihan dan keuletan yang ditempa dalam perjalanan hidupnya. Jiwa wirausaha orang Madura tidak hanya pada Warung Madura,t etapi juga pada usaha besi tua dan Sate Madura yang selama ini digelutinya.
Etos Kerja Masyarakat Madura
Keberhasilan Warung Madura didukung oleh Etos Kerja yang dibentuk oleh lingkungan alam dan perjalanan hidupnya. Kuntowijoyo,seorang Sejarawan dalam karyanya tentang masyarakat Madura (khususnya “Perubahan Sosial Dalam Masyarakat Agraris: Madura 1850-1940”), menjelaskan bahwa etos kerja orang Madura dibentuk oleh kondisi sosial-ekonomi dan budaya agraris yang keras.Pembentuk etos kerja orang Madura adalah lingkungan alam yang kering dan tandus menjadikan orang Madura ulet dan pantang menyerah baik di bidang pertanian maupun di bidang perdagangan.Keterbatasan sumber daya membuat orang Madura terbiasa mera ntau di kota-kota besar untuk mencari penghidupan diluar Pulau Madura.
Dalam pandangan Kuntowijoyo, perantauan menjadi sarana mobilitas sosial sehingga etos kerjanya berkembang menjadi flexibel dan berani mengambil risiko. Nilai sosial yang dianut adalah patuh dan loyal terhadap hirarki,menghormati pemimpin dan menjaga amanah,sebagaimana tercermin pada pepatah Bhupa”-Bhabu’-Ghuru-Rato.
Orang Madura memiliki orientasi pada hasil nyata,bukan pada status atau jabatan — karena itu,banyak orang Madura terjun ke sektor imformal seperti pedagang,pengusaha kecil, peternak Sapi dan jejaring para pedagang Orang Madura di Perkotaan. Etos kerja orang Madura ditandai oleh sikap sederhana dan pantang menyerah serta siap menghadapi risiko. Tidak malu bekerja apa saja yang penting halal bahkan disektor yang lebih berat.
Masyarakat Madura mayoritas beragama Islam,untuk itu tidak mengherankan jika ajaran Islam dijadikan acuan hidupnya dan landasan Etos Kerjanya. Islam menegaskan bahwa segala aktivitas halal yang dilakukan dengan baik adalah ibadah “bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga dan orang-orang mukmin”(QS At-Taubah;105). Etika orang Madura hidup sederhana tidak.bermalas-malasan,hal ini sesuai dengan QS.Al-A’raf (7):31 “Makan dan minumlah,tetapi jangan berlebih-lebihan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Etos kerja keras dan kesederhanaan memiliki kemiripan dengan etika orang Kristen Protestan yaitu kerja sebagai panggilan “calling” dan menjalani hidup sederhana “ascestic” sebagaimana diuraikan oleh Max Weber (The Prostentant Ethic and the spirit of Capitalism,1905.) yang mengkaji keterkaitan antara etika agama (khususnya Protestan) dengan berkembangnya kapitalisme di Eropa.
Jejaring Orang Madura di Perantauan
Untuk mempererat silaturahmi, saling membantu,menjaga identitas budaya dan melestarikan tradisi Madura bahkan untuk pengembangan usaha.Orang-orang Madura membentuk beragam organisasi. Jejaring Orang Madura dapat dicatat antara lain: 1. Ikatan Keluarga Besar Madura (IKBM) merupakan organisasi terbesar bagi perantau Madura,ada cabang di berbagai kota besar seperti Jakarta,Surabaya dan Kalimantan; 2. Ikatan Warga Madura (IWM) fokus pada pemberdayaan ekonomi warga Madura di perantauan; 3. Forum Komunikasi Warga Madura merupakan wadah kordinasi antar paguyuban Madura diberbagai wilayah; 4. Ikatan Mahasiswa Madura (IMM) wadah untuk mahasiswa Madura .berbagai perguruan tinggi di kota besar.
Peran Paguyuban orang Madura adalah untuk menjaga nilai-nilai adat,bahasa,tradisi dan kesenian khas Madura (seperti sape sono, Karapan Sapi dan Hadrah).Hal ini untuk mencegah terjadinya asimilasi penuh yang bisa menghilangkan identitas. Disamping itu paguyuban orang Madura dapat menciptakan jaringan kekerabatan di perantauan sehingga mengurangi keterasingan seperti toronan (arisan keluarga) tetap terjaga. Penyelenggaraan pengajian,pertemuan rutin dan kegiatan.budaya, keberadaan paguyuban berperan menanamkan nilai Keislaman dan etos kerja khas orang Madura.
Keberadaan paguyuban berperan dalam mendukung menjamurnya warung Madura,perdagangan dan jasa.Dukungan terkait dengan penyediaan modal berupa pinjaman internal tanpa agunan (sistem kepercayaan). Paguyuban membantu anggota mencari lokasi strategis, pasokan bahan barang dagangan dan peluang kerja serta mendukung rantai pasok lokal. Warung Madura dengan dukungan paguyuban dapat memberikan kontribusi terhadap sektor informal perkotaan sebagai bagian dalam membuka lapangan kerja secara mandiri.
Paguyuban sering menjadi mediator pada waktu terjadi konflik dengan masyarakat lokal atau aparat. Paguyuban lebih mengutamakan musyawarah (musyawarah adat) untuk menyelesaikan sengketa sesama anggota agar tidak masuk ranah hukum. Menjamurnya Warung Madura dapat dijadikan model solusi ditengah langkanya peluang kerja disektor formal. Wallahu ‘Alam Bisowab.
*Konsultan Pemberdayaan Masyarakat dan Dewan Pembina Yayasan Pembangunan Mahasiswa Islam Insan Cita (YAPMIC) Ciputat
Editor: Jufri Alkatiri