Amook: Nomenklatur Indonesia dalam Kamus Bahasa Inggris

Oleh: Prof. Dr. Murodi al-Batawi, MA*

Hampir setiap wisatawan dan tamu asing yang datang ke Indonesia, dan bertemu dengan masyarakat Indonesia, mereka selalu memperoleh kesan positif bahwa masyarakat Indonesia sangat ramah, sopan, santun. Karena kebanyakan mereka disambut dengan senyum ramah. Tidak ada kesan gahar di muka penduduk Indonesia. Bahkan mempersilahkan  tetamu dan wisatawan singgah di tempat mereka. Ada yang mau mampir dan bercengkerama dengan penduduk pribumi dan ada pula yang bilang terima kasih sudah disambut dan ditawarkan singgah, meski tidak mampir.

Kesan pertama itulah yang mereka terima dan bawa pulang ke ngara masing-masing, kemudian mereka bercerita kepada keluarga besar di kampung halaman negara mereka. Tidak jarang ada lelaki atau perempuan asing yang jatuh cinta dan berlanjut hingga ke jenjang perkawinan, seperti ada seorang warga negara Canada yang jatuh cinta dengan seorang mojang priangan di Cianjur dan menikahinya hingga punya anak keturunan. Mereka tidak hanya jatuh cinta pada alam Indonesia yang indah, juga pada penduduknya yang ramah. Keramahan penduduk pribumi, memang sudah menjadi cerita indah bagi orang asing.

Amook: Diksi Indonesia yang masuk Kamus Bahasa Inggris

Tetapi, benarkah masyarakat Indonesia  ramah tamah semua? Bisa ya bisa juga tidak. Memang, dalam situasi biasa saja atau dalam keadaan normal, sebagian besar masyarakat Indonesia bersikap ramah dan santun terhadap siapa saja. Tetapi, dalam situasi tegang apalagi kacau, masyarakat Indonesia gaharnya luar biasa, terlebih dalam situasi peperangan. Diksi Amook kemungkinan muncul akibat situasi kacau karena perlawanan masyarakat terhadap para penjahah asing, Belanda, Inggris, Portugis dan Spanyol, yang ingin menguasai tanah air Indonesia.

Para penjajah yang berlomba datang ke Indonesia, berusaha menguasai wilayah dan hasil buminya yang akan menjadi barang komoditi sangat berhaga di Eropa. Para penjajah tersebut menggunakan kekuatan pasukannya yang dibantu oleh pribumi penjilat, seperti Demang dan Para Wedana terus memonopoli perdagangan, sehingga menimbulkan keresahan dan kemiskinan penduduk pribumi.

Karenanya, sering terjadi pemberontakan dan perlawanan yang dilakukan masyarakat pribumi. Mereka mengamuk melawan penjajah dengan alat sederhana. Karena penjajah asinga sering menyaksikan pemberontakan dan amukan masyarakat, kemungkinan diksi Amook masuk dalam kisa kata keseharian penjajah — seperti Pemberontakan Petani Banten 1888 dan lain-lain.

Amook dalam Demonstrasi

Peristiwa demonstrasi yang terjadi sejak 25 Agustus 2025 dan puncaknya pada 29-31 Agustus 2025, membuktikan sekali lagi bahwa bangsa Indonesia dalam situasi labil, tidak seramah yang dibayangkan para wisatawan asing. Mereka mengamuk melawan kekerasan Polisi yang menyebabkan Affan Kurniawan tewas ditabrak kendaraan taktis (Rantis) Bromob.

Tewasnya Affan Kurniawan menjadi triger perlawanan di seluruh wilayah Indonesia. Masyarakat yang berdemonstrasi di Jakarta, di Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Lampung, Palembang, Medan, Aceh, Makassar, Gorontalo, Banjarmadin, dan di daerah lainnya, sekali lagi, jika masyarakat sudah muak dengan perilaku para pejabat dan penguasa lainnya, mereka mengamuk, membakar dan menjarah apa saja yang bisa dijarah. Tidak peduli apakah itu perbuatan dan hasilnya haram, mereka acuh tak acuh. Mereka terus mengamuk dan meratakan apa saja yang mereka jumpai dengan kekuatan tenaga yang luar biasa.

Jadi, Amook merupakan diksi yang berkontribusi dalam pengayaan bahasa Inggris. Selain kata Orang Utan dan Bamboo.

*Profesor Sejarah dan Peradaban. Dosen Tetap Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Editor: Jufri Alkatiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *