Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhamad Saw di Indonesia

Oleh: Prof. Dr. Murodi al-Batawi, MA*

Jum’at, esok tepat tanggal 12 Rabi’ul Awwal, bertepatan tanggal 05 September 2025, libur nasional, karena ada tradisi memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. Tradisi ini dilakukan setiap memasuki bulan Rabi’ul Awwal, Muslim di seluruh dunia selalu memperingati hari kelahiran Nabi Muhamad atau HUT (Hari Ulang Tahun) baginda Rasulullah saw. Perayaan tersebut tidak hanya dilaksanakan pada 12 Rabi’ul Awwal, persis dihari ulang tahun Nabi Muhamad Saw, bahkan sudah ada yang memperingatinya sejak hari pertama bulan Rabi’ul Awwal — umat Islam sudah ada yang memulai memeringatinya.

Penguasa Dinasti Fatimiyah di Mesir pada abad ke-11, tepatnya pada masa pemerintahan al-Mu’izz li Dinillah yang berkuasa   pada pertengahan abad X Masehi (953-975 M). Tujuan utama perayaan ini adalah untuk memperkuat legitimasi politik dan mempererat tali persaudaraan antar-umat Islam dalam menghadapi pasukan tentara Salib dalam Perang Salib pertama yang terjadi pada 1096 M, dan dimenangkan oleh tentara Salib. Untuk memberikan semangat pasukan tentara Islam, dibuatlah acara memperingati hari kelahiran Nabi Muhamad sebagai motivasi pasukan muslim. Dan tradisi ini terus dilakukan hingga kini.

Tokoh Penting dalam Sejarah Maulid Nabi

Para tokoh penting pelopor tradisi memperingati Maulid Nabi Muhamad Saw adalah: Al-Mu’izz li Dinillah, Penguasa Dinasti Fatimiyah pertama yang merayakan Maulid Nabi di Mesir untuk memperkuat legitimasi politiknya. Kemudian Sultan Attabiq Nuruddin — Penguasa Suriah yang pertama kali menggelar peringatan Maulid Nabi di kalangan Sunni. Dan tokoh penting dalam tradisi ini adalah Sultan Salahuddin al-Ayyubi. Ia menghidupkan kembali tradisi Maulid Nabi untuk membangkitkan semangat juang umat Islam dalam menghadapi Perang Salib.

Tujuan Perayaan Maulid Nabi

Memperkuat legitimasi politik dan mempererat tali persaudaraan antar-umat Islam. Membentuk kecintaan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw. Meningkatkan semangat juang dan kesadaran umat Islam dalam menjalankan ajaran agama.

Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhamad Saw di Indonesia

Tradisi memperingati Maulid Nabi Muhamad Saw terus dipertahankan hingga kini, termasuk di Indonesia. Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw di Indonesia memiliki akar sejarah yang kuat dan berkembang seiring dengan penyebaran Islam di Nusantara. Tradisi ini tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga telah berbaur dengan berbagai dimensi budaya dan sosial masyarakat Indonesia.

Sejarah Maulid Nabi di Indonesia

Perayaan Maulid Nabi Saw di Indonesia diperkirakan mulai berlangsung pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, terutama setelah Islam mulai mengakar kuat di wilayah pesisir pada abad ke-13 hingga ke-16 Masehi. Salah satu kerajaan yang mempopulerkan peringatan Maulid adalah Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. Pada masa itu, peringatan Maulid bukan sekadar acara keagamaan, tetapi juga digunakan sebagai medium untuk memperkuat legitimasi politik kerajaan melalui syiar Islam.

Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi tidak hanya dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awal, tetapi bisa berlangsung sepanjang bulan tersebut atau bahkan di luar bulan Rabiul Awal. Beberapa tradisi lokal yang terkenal di Indonesia antara lain:

Sekaten di Jawa: Perayaan Maulid dengan menabuh gamelan di halaman Masjid Demak untuk menarik perhatian masyarakat agar mendekat kepada ajaran Islam.

Grebeg Maulud di Yogyakarta dan Solo: Perayaan Maulid dengan kirab budaya dan upacara-upacara keagamaan.

Panjang Mulud di Banten: Perayaan Maulid dengan arak-arakan dan membagi-bagikan makanan kepada sesama sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur atas kelahiran Nabi.

Maulud Lam Lampo di Aceh:  Perayaan Maulid dengan pembacaan syair-syair pujian kepada Nabi dan kegiatan keagamaan lainnya.

Makna Filosofis Perayaan Maulid Nabi Muhamad Saw

Perayaan Maulid Nabi memiliki makna filosofis yang mendalam sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw. Melalui perayaan ini, umat Islam dapat meneladani sikap dan perbuatan Rasulullah, terutama akhlak mulia dan agung yang dimiliki oleh beliau. Perayaan Maulid juga menjadi momentum untuk memperkuat ikatan sosial dan solidaritas antar-umat Islam.

Kontroversi Perayaan Maulid Nabi

Perayaan Maulid Nabi masih menjadi perdebatan di kalangan ulama, dengan sebagian menganggapnya sebagai bid’ah yang tidak diperbolehkan. Namun, mayoritas ulama memandang bahwa perayaan Maulid dapat dilakukan sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan kepada Nabi, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Dalam konteks sosial, perayaan Maulid Nabi memiliki peran penting dalam mempererat jalinan sosial antar-umat Islam. Tradisi ini membangun jembatan antara berbagai lapisan masyarakat melalui ritual bersama yang melibatkan partisipasi kolektif. Perayaan Maulid juga menjadi momentum untuk memperkuat ikatan sosial di tengah masyarakat yang beragam.

Dengan demikian, perayaan Maulid Nabi di Indonesia merupakan salah satu peringatan keagamaan yang sangat penting dan dirayakan dengan penuh semangat oleh umat Islam. Melalui perayaan ini, umat Islam dapat meneladani sikap dan perbuatan Rasulullah, memperkuat ikatan sosial, dan meningkatkan kecintaan kepada agama. (*)

*Profesor Sejarah dan Peradaban. Dosen Tetap Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Editor: Jufri Alkatiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *