Pijarberita.com, Roma, Italia – Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla, menyerukan pentingnya keberanian global untuk menghentikan perang dan membangun perdamaian sejati. Hal itu disampaikan dalam pidatonya di Forum International Meeting for Peace yang diselenggarakan Komunitas Sant’Egidio di Roma, Italia, dengan tema Daring Peace atau Berani Mewujudkan Perdamaian, Senin pagi waktu Roma.
Jusuf Kalla atau JK menegaskan bahwa hanya perdamaian bukan perang yang mampu menjamin masa depan umat manusia. “Dalam keadaan damai, anak-anak menguburkan ayah mereka karena sebab-sebab alami. Dalam perang, ayah menguburkan anak-anaknya karena sebab-sebab buatan manusia. Hanya perdamaian yang dapat menunjukkan keindahan masa depan,” kata Yusuf Kala, pada forum yang dihadiri pemimpin dunia, tokoh lintas agama, dan aktivis kemanusiaan dari berbagai negara,
JK menjelaskan bahwa akar konflik dunia kerap berulang dari tiga faktor utama yang disebutnya sebagai 3G: God (agama), Glory (kemuliaan), dan Gold (kepentingan ekonomi). Ketiganya, jika disalahgunakan, akan melahirkan keserakahan, fanatisme, dan supremasi yang berujung pada penderitaan kemanusiaan.
Menyoroti berbagai konflik global, seperti perang Rusia–Ukraina dan krisis kemanusiaan di Gaza, Jusuf Kalla mensinyalir dunia masih belum sepenuhnya belajar dari sejarah. Dia mengingatkan bahwa perang selalu mengorbankan mereka yang paling lemah, perempuan, anak-anak, dan warga sipil tidak berdosa.
“Perang memecah manusia menjadi ‘kami’ dan ‘mereka’, menumbuhkan rasa curiga, dan menghancurkan harmoni kehidupan. Tidak ada yang menang dalam perang. Kemanusiaan selalu menjadi pihak yang kalah,” tegasnya.
Dalam pidatonya, JK menyoroti peran besar Amerika Serikat dalam menentukan arah perdamaian di Timur Tengah. Ia menilai, inisiatif untuk menekan pihak-pihak yang berkonflik agar berunding harus menjadi prioritas dunia. “Saya selalu mengatakan, hanya keberanian politik yang bisa menghentikan perang. Jika Amerika Serikat sungguh mau menghentikan perang, maka perdamaian bisa tercapai,” ujarnya.
Mantan Wakil Presiden RI dua periode itu juga menegaskan bahwa solusi dua negara (two-state solution) tetap menjadi jalan terbaik untuk menyelesaikan konflik Israel–Palestina. Ia mengungkapkan pengalamannya dalam menjalin komunikasi dengan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dan menilai bahwa rekonsiliasi antara Hamas dan Al Fatah adalah kunci menuju perdamaian.
“Sebagai bangsa dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia akan tetap konsisten: jika Israel mengakui kemerdekaan Palestina, maka Indonesia akan mengakui Israel sebagai negara merdeka,” kata JK menegaskan. (jal)
Editor: Jufri Alkatiri
