Pijarberita.com, Surabaya – Kinerja pasar modal di Jawa Timur terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Agustus 2025, jumlah investor di provinsi ini telah mencapai dua juta orang atau setara dengan 10,5 persen dari total investor nasional. Angka tersebut menempatkan Jawa Timur sebagai salah satu daerah dengan basis investor terbesar di Indonesia, menandakan semakin tingginya minat masyarakat terhadap investasi di pasar modal.
Surabaya masih menjadi episentrum utama aktivitas investasi di Jawa Timur. Kota Pahlawan ini mencatat 19 persen dari total investor di provinsi tersebut, diikuti oleh Kabupaten Sidoarjo dengan 8 persen, Kabupaten Jember 6 persen, serta Kota dan Kabupaten Malang masing-masing 5 persen. Tingginya konsentrasi investor di kawasan ini mencerminkan semakin luasnya pemahaman dan akses masyarakat terhadap instrumen keuangan modern.
Dari sisi nilai transaksi, Surabaya kembali menjadi penyumbang terbesar dengan total transaksi mencapai Rp327,29 triliun. Disusul Kota Malang sebesar Rp49,21 triliun, Kabupaten Sidoarjo Rp36,60 triliun, Kota Kediri Rp14,47 triliun, dan Kota Mojokerto Rp11,51 triliun. Secara keseluruhan, total nilai transaksi pasar modal di Jawa Timur hingga Agustus 2025 mencapai Rp39,16 kuadriliun, sebuah capaian yang mempertegas peran strategis provinsi ini dalam ekosistem pasar modal nasional.
Kepala Kantor Perwakilan BEI Jawa Timur, Cita Melisa, mengatakan, pertumbuhan pesat tersebut tidak lepas dari komitmen BEI dalam memperluas literasi dan inklusi pasar modal. “Kami terus melakukan berbagai program sosialisasi dan edukasi, agar masyarakat semakin memahami manfaat investasi yang sehat dan terhindar dari praktik keuangan yang menyesatkan,” katanya kepada wartawan saat Gathering BEI dan PT Merdeka Cooper Gold Tbk. di Surabaya, Selasa.
Dikatakan, saat ini, Jawa Timur menjadi provinsi dengan infrastruktur pasar modal yang sangat kuat. Terdapat 56 emiten yang berasal dari wilayah ini, menjadikannya satu-satunya provinsi di luar DKI Jakarta yang memiliki Asosiasi Emiten Indonesia (AEI). Selain itu, dari total 91 anggota bursa nasional, sebanyak 50 perusahaan memiliki kantor cabang di Jawa Timur, dan 9 perusahaan aset manajemen juga telah membuka kantor cabang di provinsi ini.
Dari sisi fasilitas, BEI mencatat Jawa Timur memiliki 89 Galeri Investasi (GI) atau sekitar 9,2 persen dari total GI nasional yang berjumlah 974. “Angka ini menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi dengan jumlah galeri investasi terbanyak di Indonesia, sebuah indikator kuat dari luasnya jangkauan edukasi dan penetrasi pasar modal hingga ke daerah-daerah, “ungkap Cita Melisa.
Untuk memperkuat fondasi pemahaman masyarakat, BEI Jawa Timur menggulirkan berbagai program edukasi bertema inklusif. Salah satunya Program BERKAH (Belajar Terkait Investasi Syariah), yang menyasar komunitas keagamaan seperti Gerakan Pemuda Ansor. Melalui program ini, BEI mendorong peningkatan literasi keuangan syariah agar masyarakat dapat berinvestasi sesuai prinsip yang mereka anut.
Selain itu, BEI juga menjalankan Program BANTER (Belajar Investasi untuk Karyawan Perusahaan Tercatat) yang melibatkan para karyawan dari 56 perusahaan emiten di Jawa Timur. Sejumlah perusahaan seperti PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan PT Benteng Api Technic Tbk (BATR) telah berkolaborasi dalam kegiatan ini guna meningkatkan kemampuan karyawan dalam mengelola pendapatan secara bijak.
Program edukasi lain yang mendapat perhatian besar adalah MABAR CERIA (Mahasiswa Baru Cerdas Investasi dan Literasi Keuangan). Program ini dirancang khusus bagi mahasiswa baru di berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur, seperti Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Islam Negeri Malang. Tujuannya adalah menanamkan kesadaran pentingnya pengelolaan keuangan sejak dini agar generasi muda lebih siap menghadapi tantangan ekonomi masa depan.
Tidak ketinggalan, BEI Jatim juga meluncurkan Program TIMNAS (Tingkatkan Manfaat Investasi dan Literasi untuk ASN) yang menyasar aparatur sipil negara di sejumlah daerah seperti Surabaya, Pasuruan, Kediri, dan Blitar. Program ini menjadi langkah strategis untuk menghindarkan ASN dari jebakan investasi bodong serta membantu mereka memahami cara berinvestasi yang aman dan produktif.
Melalui berbagai inisiatif tersebut, BEI Jawa Timur berupaya membangun masyarakat yang lebih melek finansial, sekaligus memperkuat pondasi ekonomi daerah melalui partisipasi aktif masyarakat di pasar modal. Dengan dukungan infrastruktur yang kuat dan program edukasi yang masif, Jawa Timur berpotensi menjadi pusat pertumbuhan investor baru di Indonesia dalam beberapa tahun mendatang. (nisa)
Editor: Jufri Alkatiri
