Renungan Malem Jemuwah: Ilmu Kalam (bag-11)

Oleh: Anwar Rosyid Soediro*

D. Kritik Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd, sebagai  Ilmuwan Barat (Cordova), memberikan kritik pada Ibnu Sina tentang teori Emanasi neoplatonis-Aristotelian dan memberikan sanggahan terhdap kitab Tahfut al- Falsifah, karya Al-Ghazali yang mengkritik para filosof dari barat.

Awalnya, tradisi falsafah atau hikmah ditandai dari bersentuhannya karya-karya filsafat Yunani, yaitu karya saintifik (medis, astronomi, alkimia) ke dunia Islam pada abad ke-9, di bawah pemerintahan dinasti Umayyah (661—749) dan mencapai puncaknya pada masa kekhalifahan Abbasyiah, khususnya pada masa Khalifah Al-Makmun.

Di era itu penerjemahan atas teks Yunani mendapatkan perhatian lebih dan pada era itu  juga dibangun bayt al-hikmah — sebuah lembaga observatorium yang diketuai oleh Hunain bin Ishaq. Dilatarbelakangi oleh kehausan ilmu pengetahuan dan keinginan untuk memajukan peradaban Islam, penerjemhan dan penelaahan teks Yunani mengenai politik, ekonomi, dan tradisi Filsafat semakin meningkat di bawah pemerintahan dinasti Abbasiyah pada pertengahan abad ke-8 (Fakhry, 2004: xxiv).

Abu ‘Ali al-Husayn atau yang lebih dikenal Ibnu Sina (Avicenna) adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam tradisi Neoplatonis-Aristotelian dan periode klasik Filsafat Islam secara umum. Kontribusi terbesarnya adalah Canon of Medicine yang dianggap sebagai karya terbaik di Barat maupun Timur selama enam abad. Dua karya besarnya yang lain dalam filsafat bersifat ensiklopedis, yaitu Healing (al-Shifa’) dan Directives and Remarks (Isyarãt wa altanbĩhãt) yang membahas subjek dari logika hingga fisika, matematika, metafisika, hingga mistisisme (Groff, 2007:93).

Gelombang Helenisasi Kedua pada dunia Islam berlangsung sekitar tahun 950 hingga 1258 M. Berbeda dengan gelombang pertama yang fokus pada penerjemahan dan pengenalan ide-ide Yunani, pada gelombang kedua ditandai dengan upaya umat Islam untuk tidak hanya mengadopsi, tetapi juga mengkaji secara kritis, mengembangkan, dan mengintegrasikan tradisi keilmuan Helenistik dengan ajaran Al-Qur’an dan ilmu-ilmu Islam lainnya, pada periode ini melahirkan banyak filsuf dan ilmuwan Muslim terkemuka yang menghasilkan karya-karya orisinal berdasarkan fondasi Helenistik yang telah diserap sebelumnya.

Mereka memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti filsafat, kedokteran, matematika, dan astronomi. Pada saat gelombang pemikiran Yunani ke dua ini (Helenisme), Dinasti Seljuk didirikan secara resmi pada tahun 1037 M,  

Para pemimpin Seljuk, seperti Nizam al-Mulk (wazir), adalah penganut kuat Ahlu Sunnah dengan mendirikan madrasah-madrasah Nizamiyah di berbagai kota, seperti Baghdad, untuk menyebarkan Mazhab Syafi’i dalam Fikih dan Asy’ariyah dalam Akidah Kalam, sebagai respons terhadap pengaruh Syiah.

Imam al-Ghazali (lahir 450 H/1058 M, wafat 505 H/1111 M) adalah salah satu ulama terbesar pada era Bani Seljuk. Beliau adalah seorang guru besar di Madrasah Nizamiyah Baghdad. Peran utamanya adalah mengintegrasikan Tasawuf ke dalam kerangka Ahlu Sunnah yang ortodoks dan memberikan panduan bagi umat awam untuk berpegang pada Akidah Salaf, yang secara efektif memperkuat dan mempopulerkan Ahlu Sunnah lebih lanjut.

a.Kritik Ibnu Rusyd  terhadap Falsafah Ibnu Sina

Ibnu Rusyd secara gamblang, mengkritik Kosmologi Emanasi Ibnu Sina. Emanasi, atau pembiasan cahaya secara langsung menunjukkan kesamaan sifat antara “Yang Pertama” atau “Tuhan” dengan wujud ciptaannya, dengan perbedaan urutan kejadian saja. Konsep Ibnu Sina tentang akal pertama,  merupakan makhluk pertama yang [berasal] dari Sebab Pertama berjumlah satu, entitas dan hakikatnya satu, [dan] tidak berwujud.

Ibnu Sina menguraikan tentang Emanasi  dengan gagasan Neoplatonik, yaitu proses di mana segala sesuatu muncul dari Tuhan melalui serangkaian tahapan hierarkis seperti Intelek Pertama (akal pertama) dan jiwa dunia, menggunakan Neoplatonisme juga untuk menjelaskan sifat Tuhan sebagai Wajib al-Wujud (Wajib ada), dan bagaimana keberadaan yang mungkin muncul dari-Nya. (bersambung)

*Pemerhati Keagamaan, Filosof, dan Alumni Fakultas Teknik Pertanian UGM Yogyakarta

Editor: Jufri Alkatiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *