Oleh: Anwar Rosyid Soediro*
Modern Science Tolok Ukur Debat Terjadinya Semesta
Jika merujuk sain moderen; bagaimana mekanisme penciptaan partikel bermassa dari ketiadaan massa. Peter Higgs dan Francois Engtlert peraih Nobel Fisika 2013 mencetuskan hipotesis tentang partikel “Higgs Boson” yang merupakan perantara yang paling memungkinkan terbentuknya bintang, planet, juga kehidupan. Ibnu Rusyd menyebutnya sebagai perantara penggerak terbentuknya wujud ketiga (alam semesta dan perangkatnya).
Dalam perspektif Fisika Partikel”, partikel Higgs boson merujuk pada partikel dasar yang membentuk seluruh materi dan kekuatan di alam semesta ini. Konsep ini terkait dengan teori Fisika yang dikenal sebagai Model Standar, yang menjelaskan partikel-partikel dasar dan interaksinya satu sama lain.
Menurut Model Standar, ada tiga kelompok partikel di alam semesta ini: partikel dasar, partikel perantara, dan partikel yang membentuk materi yang kita kenal sehari-hari. Partikel dasar merujuk pada partikel-partikel yang tidak dapat dibagi lagi menjadi unit yang lebih kecil, dan partikel ini memainkan peran sentral dalam menjelaskan fenomena di alam semesta.
Salah satu partikel dasar yang paling terkenal adalah partikel yang disebut “boson Higgs”. Menurut hipotesis Higgs dan Engtlert, energi relativistik tinggi yang ada di alam semesta awal membentuk beberapa partikel yang sangat berenergi, dan melalui interaksi dengan medan Higgs, partikel-partikel ini bisa memperoleh massa (jumlah materi yang terkandung secara intrisik).
Partikel-partikel lain dalam Model Standar meliputi quark, lepton, dan boson. Quark dan lepton adalah bahan penyusun materi, sedangkan boson adalah perantara gaya bertanggung jawab atas interaksi antara partikel-partikel tersebut. Bosons gauge (boson pengukur) adalah partikel perantara gaya; seperti foton, boson W dan Z, serta gluon.
Foton: Pembawa gaya elektro magnetisme. Partikel-partikel ini tidak memiliki massa dan selalu bergerak dengan kecepatan cahaya, bertanggung jawab atas fenomena seperti cahaya, listrik, dan magnet; Boson W dan Z: Merupakan pembawa gaya lemah, yang bertanggung jawab atas jenis-jenis peluruhan radioaktif tertentu (seperti peluruhan beta); Gluon: Pembawa gaya kuat, yang mengikat kuark bersama-sama untuk membentuk partikel-partikel seperti proton dan neutron, dan mengikat proton dan neutron bersama-sama di dalam inti atom.
Bagaimana keterangan al-Qur’an ketika diparalelkan dengan science modern,”Allah kemudian memulai menciptakan benda-benda langit melalui gumpalan gas yang berupa kabut (QS. Fushilat [41]: 11) yang pekat dan menyatu (QS. Al Anbiya’ [21]: 30). Para ahli fisika menemukan bahwa gas tersebut adalah helium litium dan hidrogen. Namun, mereka belum menemukan bagaimana gas/dhukhon seperti helium litium dan hidrogen dapat memperoleh massa sehingga dapat menyatu dan bergerak.
Baru pada tahun 2012, Peter Higgs dan Francois Englert menemukan sebuah medan besar yang berinteraksi dengan partikel-partikel dasar atom yang membuat inti atom tersebut memperoleh massa. Semakin kuat partikel tersebut berinteraksi, maka semakin besar pula memperoleh massanya. Itulah yang disebut dengan Higgs Boson atau God Particle dalam istilah Leon Lederman.
Interaksi ini sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam QS. Al-Anbiya’ [21]: 30 bahwa proses pemberian masa dalam partikel itu telah memungkinkan pertikel-partikel gas itu bergerak dan lambat laun, memisah dengan istilah Al-Qur’an fafataqnāhumā.
Ilustrasi prosesnya; gumpalan massa gas yang sangat padat dan bersuhu tinggi akibat perputaran yang dengan istilah al-Qur’an disebut ratqan mengakibatkan ledakan besar yang memisahkan antara partikel panas. Hal ini dalam astronomi disebut dengan istilah Supernova.
Allah mengilustrasi ledakan tersebut “Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah (bunga) mawar seperti (kilapan) minyak”. QS Al-Rahman [55]: 37. Proses ini juga menjelaskan dua tahapan penciptaan, tahap sebelum Supernova dan tahap setelahnya. Penciptaan alam semesta melalui dua tahap ini disebutkan dalam QS. Fussilat [41]: 12. “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa (tahap)”
Dalam ayat tersebut “Yaumaini” (dua hari) berasal dari kata “ayyām” dimaknai sebagai “tahap”, bukan masa atau bahkan hari. Hal ini didasarkan pada pengertian bahwa ketika Allah menciptakan alam semesta belum terbentuk sistem waktu sebagaimana kita kenal atau ketahui sekarang ini. Sistem waktu yang diketahui manusia baru ada ketika sistem peredaran benda-benda langit berfungsi (QS. Yunus [10]: 5). Ayat ini sebagi dasar adanya waktu minus atau qadim sebagaimana dijelaskan Ibnu Rusyd di atas.
Ilustrasi lebih sederhana yang mudah dipahami, adalah penciptaan mikrokosmos yaitu jagad kecil atau manusia; bentuk tubuh/jism manusia yang tercipta merupakan materi bersifat baru (muhdhatsah) Ibnu Rusyd menyebutnya Wujud Pertama; Manusia dicipta oleh Allah yang maha Qadim (kekal) Ibnu Rusyd menyebutnya Wujud Kedua; Manusia sebagai mikrokosmos atau alam kecil tidak dicipta dari ketiadaan (nihil) akan tetapi berasal dari beberpa partikel yang bersifat baru (muhdats) seperti sperma yang didalamnya terdapat DNA Hawa, kromosom Y Adam, dan sesuatu yang bersifat qadim (kekal) yakni ruh-Tuhan, al-Qur’an menyebutnya “Aku tiupkan ru-Ku” (“nafahna ‘ani Ruh”) Ibnu Rusyd menyebutnya Wujud Ketiga. “Kemudian apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan ruh (ciptaan)-Ku kepadanya”(QS. Shad [38]: 72)
Jadi, alam Ruh mengawali (qadim) penciptaan semesta sebagaimana sabda Rasulullah, “Yang pertama kali diciptakan Allah adalah ruhku, yang pertama kali diciptakan Allah adalah nurku, yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena), yang pertama kali diciptakan Allah adalah akal” Energi Ruh ini sebagai perantara kehidupan manusia dalam semesta. Dalam ayat lain Ruh Tuhan menjadikan partikel yang ber DNA Hawa dan Kromosom Y Adam, dapat hidup menjadi khalifah (wakil-Nya) di alam semesta. (QS. Al-Baqarah [2]: 30-39). (bersambung)
*Pemerhati Keagamaan, Filosof, dan Alumni Fakultas Teknik Pertanian UGM Yogyakarta
Editor: Jufri Alkatiri
