Oleh:Anwar R. Soediro*
1). Keruntuhan Gelombang dan Kehendak Ilahi
Dalam mekanika kuantum, sebelum pengukuran dilakukan, suatu sistem dideskripsikan oleh fungsi gelombang yang mewakili campuran (superposisi) dari semua kemungkinan keadaan. Ketika pengukuran atau pengamatan terjadi, fungsi gelombang tersebut runtuh dan sistem berada dalam satu keadaan tertentu (kucing tersebut pasti hidup atau pasti mati, dalam contoh terkenal percobaan Schrödinger).
Eksperimen pemikiran Schrödinger, Keruntuhan dari beberapa hasil potensial menjadi satu hasil aktual ini telah mengundang perbandingan dengan gagasan tentang sebuah pilihan atau keputusan yang dibuat pada tingkat fundamental alam. Secara Teologis, orang mungkin bertanya; Siapa atau apa yang “memilih” hasil ketika sistem kuantum runtuh? Beberapa pemikir telah mengusulkan bahwa kehendak ilahi mungkin berada di balik pilihan-pilihan kuantum ini.
Dalam pandangan ini, Tuhan dapat menentukan kemungkinan mana yang menjadi kenyataan pada saat keruntuhan fungsi gelombang, secara efektif memilih di antara pilihan-pilihan kuantum sesuai dengan suatu tujuan. Misalnya, jika spin elektron dapat berakhir sebagai naik atau turun dengan probabilitas yang sama, kehendak Tuhan mungkin yang memutuskan naik dalam contoh tertentu. Yang penting, ini tidak akan mengesampingkan hukum statistik fisika.
Probabilitas yang diprediksi oleh teori kuantum akan tetap berlaku pada banyak peristiwa, tetapi hasil setiap peristiwa individu dapat dipandu oleh Tuhan tanpa pelanggaran hukum fisika yang dapat diamati. Gagasan ini telah digambarkan sebagai tindakan ilahi non-intervensionis. Tuhan bertindak dalam probabilitas alami mekanika kuantum, alih-alih menangguhkan hukum alam.
Sebagaimana dijelaskan oleh sebuah analisis, Tuhan tidak perlu “mengabaikan” atau memutus distribusi probabilitas yang lazim; Dia dapat memilih secara bebas di antara kemungkinan hasil dengan cara yang tampak acak bagi kita, tetapi bermakna dari perspektif ilahi. Dengan cara ini, bimbingan Tuhan dapat dijalankan di balik layar pada tingkat kuantum, dengan efek kumulatif pada dunia yang lebih luas (karena banyak peristiwa mikroskopis dapat memengaruhi hasil makroskopis).
Konsep ini selaras dengan gagasan religius tentang pemeliharaan Ilahi, bahwa Tuhan mengawasi dan mengatur perkembangan peristiwa. Keruntuhan fungsi gelombang menghadirkan analogi alami: sebagaimana segudang jalur potensial runtuh menjadi satu peristiwa nyata, dapat dikatakan bahwa kehendak Tuhan memastikan bahwa, dari sekian banyak kemungkinan yang dapat dibayangkan, jalur yang telah ditentukan itu terwujud.
Ini adalah cara untuk membayangkan kedaulatan Tuhan bekerja bersama-sama dengan keacakan kuantum. Harus diakui, interpretasi ini merambah melampaui sains ke ranah metafisika, fisika kuantum sendiri tidak mengatakan bahwa pikiranlah yang memilih hasilnya. Namun, ini adalah gambaran yang menyolok; dunia kuantum sebagai kanvas terbuka tempat kehendak ilahi “melukis” realitas dari waktu ke waktu. (Bersambung)
*Pemerhati Keagamaan, Filsafat, dan Alumni UGM Yogyakarta
Editor: Jufri Alkatiri