Oleh: Anwar Rosyid Soediro*
E. Tantangan dan Kritik
Meskipun eksplorasi mekanika kuantum dalam kaitannya dengan tindakan ilahi (takdir) sangat menarik dan mencerahkan, hal itu bukannya tanpa tantangan dan kritik yang signifikan. Baik ilmuwan maupun Teolog mengemukakan peringatan penting tentang seberapa jauh kita harus memahami fenomena kuantum dalam konteks aktivitas Tuhan. Di sini kami membahas beberapa kekhawatiran tersebut untuk mempertahankan pandangan yang seimbang:
1. Skeptisisme Ilmiah: Banyak ilmuwan, meskipun menghargai implikasi filosofis teori kuantum, dengan cepat menunjukkan bahwa mekanika kuantum itu tidak merujuk kepada Tuhan atau untuk tujuan Teologi. Teori ini bekerja dengan persamaan matematika dan observasi eksperimental, dan tidak memerlukan keberadaan Tuhan untuk berfungsi dalam teori mekanika kuantum.
Dari perspektif ilmiah yang ketat, penyebutan Tuhan dalam proses kuantum dapat dipandang sebagai tambahan yang tidak relevan, tidak diperlukan untuk menjelaskan data, dan bukan sesuatu yang dapat diuji atau dipalsukan. Walaupun faktanya, mekanika kuantum menyediakan beragam interpretasi (Kopenhagen, Banyak-Dunia, Gelombang Pilot, dll.), beberapa di antaranya (seperti Interpretasi Banyak-Dunia) menghilangkan ketidakpastian dengan menyatakan bahwa semua hasil terjadi di alam semesta dengan hasil yang bercabang. Jika salah satu interpretasi tersebut benar, gagasan Tuhan memilih satu hasil daripada yang lain menjadi lebih kompleks atau bahkan diperdebatkan. Lebih lanjut, bahkan dalam interpretasi standar, pernyataan Tuhan meruntuhkan fungsi gelombang bukanlah penjelasan ilmiah; melainkan lapisan metafisika pada proses tersebut.
2.Tantangan filosofis lainnya, adalah masalah interaksi pikiran-tubuh” atau “jiwa-tubuh: Jika seseorang berpendapat bahwa pikiran memengaruhi proses kuantum di otak untuk memungkinkan kehendak bebas (sebuah teori yang oleh sebagian orang disebut kesadaran kuantum), hal ini menimbulkan perdebatan dalam filsafat pikiran tentang dualisme dan kemanjuran kausalitas mental. Ini adalah area spekulasi yang terus berlanjut tanpa konsensus.
Beberapa ilmuwan kognitif menganggapnya tidak perlu. Mereka mencari penjelasan Neurobiologis murni tentang kesadaran yang tidak membutuhkan keajaiban kuantum. Di sisi lain, beberapa fisikawan seperti Roger Penrose berspekulasi bahwa efek kuantum mungkin memang merupakan bagian dari kesadaran — namun, gagasan-gagasan ini masih belum terbukti, dan mengaitkannya dengan Teologi akan menambah lapisan kompleksitas lainnya. (Bersambung)
*Pemerhati Keagamaan, Filsafat, dan Alumni UGM Yogyakarta
Editor: Jufri Alkatiri