Komunikasi Sambung Nalar dalam Perspektif Pemikiran Kritis Generasi Milenial (3 – habis)

Oleh: Jufri Alkatiri *

Komunikasi Sambung Nalar 

Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang artinya menyampaikan. Menurut asal katanya tersebut arti komunikasi adalah proses penyampaian makna dari satu entitas atau kelompok ke kelompok lainnya melalui penggunaan tanda, simbol yang dipahami bersama. (Adigwe & Okoro, 2016).

Departemen Pendidikan Nasional, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga menjelaskan bahwa nalar ini bermakna dalam Kamus Besas Bahasa Indonesia Edisi ketiga menyebutkan, tentang baik buruk, akal budi setiap keputusan harus didasarkan pada nalar yang sehat.  Nalar yaitu aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis, jangkauan pikir, atau kekuatan pikir. Jadi nalar dapat dijelaskan tentang cara bagaimana menggunakan nalar pemikiran, cara berpikir logis atau sesuatu hal dikembangkan dan dikendalikan dengan nalar yang benar berdasarkan fakta atau prinsip tetapi bukan dengan menggunakan perasaan atau pengalaman. Ilmiah berpendapat bahwa nalar merupakan cara berpikir spesifik untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada. Sehingga tidak semua berpikir adalah bernalar. Kegiatan berpikir yang bukan bernalar misalnya mengingat-ingat sesuatu dan melamun.(Sanders et al., 2020)

Penalaran atau reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Penalaran adalah suatu aktifitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pegetahuan. Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan landasan logika yang berusaha menghubungkan fakta-fakta dan bukti-bukti untuk menarik kesimpulan. Sehingga dapat diketahui bahwa unsur dasar penalaran adalah fakta. Suatu pemikiran bisa disebut ilmiah apabila terdapat fakta di dalamnya.

Suriasumantri berpendapat sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika.  Logika adalah sistem berpikir formal yang di dalamnya terdapat seperangkat aturan untuk menarik kesimpulan. Dapat dikatakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri — atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis, sedangkan berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu.

Sifat Analitik pada proses berpikir

Penalaran merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah (Trahan et al., 2021). Analisis  pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Secara garis besar penalaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: penalaran induktif yakni penalaran yang diartikan sebagai proses berpikir untuk menarik kesimpulan dari hal-hal spesifik menuju ke hal-hal umum. Penalaran deduktif — penalaran yang diartikan sebagai proses berpikir untuk menarik kesimpulan berdasarkan aturan yang disepakati atau hal-hal umum menuju ke hal-hal spesifik.

Komunikasi Sambung Nalar merupakan proses komunikasi yang disampaikan pembawa pesan atau proses penyampaian makna dari satu entitas atau kelompok untuk menyamakan dan dapat menggugah dan menggerakkan pemikiran penerima pesan  dengan menggunakan nalar atau pemikiran secara logis dan mempertimbangkan  baik buruknya dengan berusahan mengembangkan pikiran dari beberapa prinsip juga menghubungkan fakta-fakta dan bukti-bukti untuk menarik kesimpulan sebagai pernyataan dari penerima pesan. Komunikasi Sambung Nalar juga bisa disebut adanya kontak antara pihak yang satu dan pihak yang lain, atau kontak antara pihak pengirim pesan dengan penerima pesan.

Komunikasi Sambung  Nalar merupakan bahasa metafora, yang berarti komunikasi yang berusaha untuk mengubah cara berpikir, mengubah cara pandang dari suatu kelompok, atau seseorang untuk mencocokan atau menyamakan pikiran. Pada penelitian ini terbukti bahwa adanya Komunikasi Sambung Nalar yang terjadi pada media komunikasi film misalnya — menyampaikan pesan melalui adegan per adegan dalam film.

Realitas sosial ini memungkinkan seseorang mengatasi suatu situasi secara otomatis. Kebiasaan seseorang juga berguna untuk orang lain. Dalam situasi komunikasi interpersonal, para partisipan saling mengamati dan merespon kebiasaan orang lain, dengan demikian para partisipan saling mengamati dan merespon kebiasaan orang lain tersebut. Dengan kebiasaan tersebut, seseorang dapat membangun komunikasi dengan orang lain yang disesuaikan dengan tipe-tipe seseorang, yang disebut dengan pengkhasan (typication)

Penggunaan nalar atau pemikiran secara logis dengan mempertimbangkan baik buruknya  — berusaha mengembangkan pikiran dari beberapa prinsip yang menghubungkan fakta-fakta dan bukti-bukti. Hasil dari wawancara dengan informan – bahwa isu pernikahan dini atau hamil diluar nikah, sudah ada sejak dulu ada dan menjadi salah satu isu yang seksi diranah ilmu komunikasi. Perspektif Komunikasi Sambung Nalar seharusnya lebih mendapatkan perhatian lagi — contohnya pesan yang disampaikan media film dengan melakukan sosialisasi tentang pendidikan seks untuk semua kalangan, seperti anak, remaja, dewasa, dan orang tua — sehingga mampu memberikan pelajaran atau edukasi kepada semua warga masyarakat. (Miller et al., 2019). Kenyataan sosial adalah hasil eksternalisasi dan internalisasi dan obyektivikasi manusia terhadap pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari- atau secara sederhana, eksternalisasi dipengaruhi oleh stock of knowledge yang dimilikinya.

*Jurnalis Senior dan Penguji Kompetensi Wartawan (UKW) LPDS, Kantor Berita ANTARA

Editor: Jufri Alkatiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *