Oleh: Anwar Rosyid Soediro*
Hijrah Misi Spirtual Keagamaan
Hijrah Misi Spiritual adalah prosesi hijrah yang berkaitan dengan perubahan mental, spiritual, atau batiniah, bukan perpindahan fisik seperti Hijrah Makaniyah. Perjalanan Hijrah Spiritual bertujuan untuk memperbaiki kualitas iman, akhlak, pemikiran, dan gaya hidup agar lebih sesuai dengan ajaran Islam. Berikut adalah penjelasan mengenai empat jenis Misi Hijrah Spiritual Keagamaan:
a. Hijrah I’tiqadiyah (Hijrah Keyakinan)
Hijrah ini berkaitan dengan keimanan dan keyakinan. Iman manusia bersifat fluktuatif, terkadang naik mendekati kesempurnaan iman seorang mukmin sejati, namun kadang melemah hingga mendekati kekufuran atau kemusyrikan. Ketikaseseorang menyadari keyakinannya mulai terpengaruh oleh pemikiran yang salah atau sinkretisme dengan keyakinan lain, ia harus segera berhijrah menuju keimanan yang murni. Hijrah keyakinan ini merupakan bentuk kembali kepada tauhid yang sejati, menjauhi segala bentuk syirik dan kekufuran.
b. Hijrah Fikriyah (Hijrah Pemikiran)
Dunia moderen dipenuhi dengan berbagai ideologi dan pemikiran yang menyimpang dari ajaran Islam, seperti sekularisme, kapitalisme, liberalisme, pluralisme, dan sosialisme. Pemikiran-pemikiran ini sering kali menyusup dalam pola pikir kaum Muslimin, melemahkan pemahaman mereka tentang Islam. Hijrah pemikiran berarti meninggalkan ideologi yang bertentangan dengan Islam dan kembali kepada pemikiran Islami yang murni, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabat. Hadis Rasulullah Saw. menggambarkan umat Islam yang akan cenderung mengikuti budaya dan tradisi orang-orang sebelum mereka, sehingga diperlukan upaya sadar untuk membangun kembali pola pikir yang sesuai dengan ajaran Islam.
c. Hijrah Syu’uriyah (Hijrah Selera dan Kesenangan)
Hijrah ini mencakup perubahan cita rasa, kesukaan, dan selera seseorang yang sering kali dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tidak Islami. Banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari, seperti hiburan, musik, bacaan, gambar, pakaian, atau idola, terpengaruh oleh budaya di luar Islam. Hijrah Syu’uriyah berarti meninggalkan nilai-nilai tersebut dan menggantinya dengan nilai-nilai Islami. Contohnya, berpindah dari mode pakaian jahiliyah menuju pakaian Islami yang menutup aurat, sederhana, dan berfungsi sesuai syariat.
d. Hijrah Sulukiyah (Hijrah Tingkah Laku atau Akhlak)
Hijrah ini berkaitan dengan perubahan akhlak dan kepribadian. Dalam perjalanan hidup, manusia sering kali mengalami pergeseran nilai moral, dari yang mulia menjadi tercela. Fenomena ini tampak dalam berbagai bentuk pelanggaran moral dan asusila di masyarakat. Hijrah Sulukiyah adalah upaya untuk meninggalkan akhlak tercela dan menggantinya dengan akhlak yang mulia sesuai dengan tuntunan Islam. Proses ini mencakup introspeksi diri, perbaikan tingkah laku, dan penguatan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari (Assegaf, 2022).
Keempat jenis hijrah ini merupakan bagian dari upaya seorang Muslim untuk terus meningkatkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah Swt., sehingga tercapai kehidupan yang lebih Islami baik secara individu maupun sosial. Oleh karena itu, hijrah tidak hanya dipahami sebagai perpindahan fisik, tetapi juga sebagai perjalanan spiritual yang membawa seseorang menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih sesuai dengan ajaran Islam.
Hijrah, Perjalanan spiritual adalah perpindahan dari kehidupan duniawi yang penuh dengan hal-hal duniawi menuju kehidupan yang lebih dekat dengan Allah Swt, dengan hati yang sepenuhnya tertuju kepada-Nya. Esensi prosesi atau tertib laku hijrah yang lazim ditempuh ahli batin mencakup:
1.Menjaga Niat: Menapaki laku Hijrah secara benar adalah diawali dengan hijrah yang dilandasi niat yang ikhlas hanya karena Allah, bukan karena dorongan nafsu dan tujuan duniawi. Niat ikhlas yang benar memiliki nilai abadi bukan sekedar di dunia akan tetapi sampai nanti di akhirat bertemu dengan Allah Swt;
2.Hijrah, satu Prosesi Perpindahan Batin: Dengan niat yang benar, Hijrah adalah lebih menekankan pada aspek perubahan internal, yaitu membersihkan hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasinya dengan akhlak-akhlak yang terpuji;
3.Hijrah dengan melangkah Menjauhi Duniawi (Retreat/zuhud): Para salik memandang hijrah sebagai upaya untuk menjauhkan diri dari segala sesuatu yang bersifat duniawi dan lebih mengutamakan akhirat, dalam filosofi Jawa dikenal dengan istilah tapa ngrame (berbudi luhur, tolong menolong di dalam keramaian duniawi);
4.Hijrah, Mempertajam Pangraita dengan melakukan Takhalli, Tahalli, dan Tajalli: Hijrah merupakan laku melatih kepekaan batin (pangraita) dengan melibatkan tiga tahapan utama: takhalli (membersihkan diri dari sifat-sifat buruk), tahalli (menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji), dan tajalli (terbukanya cahaya Ilahi dalam hati). (habis)
*Pemerhati Keagamaan, Filsafat, dan Alumni UGM Yogyakarta
Editor: Jufri Alkatiri