Desa Wisata : Alternatif Menambah  Pundi-Pundi Desa (2)

Oleh: Kurniawan Zulkarnain*

Cerita Sukses Dua Desa Wisata: Desa Ponggok dan Desa Penglipuran  Desa Wisata Ponggok – Klaten, Jawa Tengah

Dulu, desa Ponggok  merupakan salah satu desa  tertinggal yang  memiliki sumber daya alam terbatas. Kini, menjadi destinasi wisata  air  unggulan, desa Ponggok  memiliki  mata  air  alami seperti umbul Ponggok,tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal dan hanya digunakan warga untuk keperluan mandi dan mencuci. Pendirian Desa Wisata Ponggok dilakukan oleh warga Desa Ponggok termasuk didalamnya Karang Taruna dan dikawal oleh  Kades Desa Ponggok Junaedi Mulyono. 

Pemerintah Desa Ponggok bersama Badan Usaha Milik Desa (BUMD) berhasil mengembangkan  wisata  bawah air di Umbul Ponggok. Pengunjung bisa menyelam dan berfoto di bawah air dengan properti unik seperti sepeda motor  hingga TV. Pemanfaatan Dana Desa:  digunakan secara tepat untuk membiayai infrastruktur, pelatihan SDM, dan promosi wisata. Keterlibatan BUMD  (Badan Usaha Milik Desa) dan  BUMD  Tirta Mandiri mengelola tempat wisata ini serta menjadi penggerak utama  dalam  mengembangkan  potensi lokal. Warga dilatih menjadi pemandu wisata, penyewa alat  snorkeling, fotografer bawah air, hingga pengelola warung. Pemberdayaan terhadap Desa Wisata dilakukan oleh BUMD dan didukung oleh Karang-Taruna.

Kehadiran  Desa  Wisata Ponggok  dapat meningkatkan pendapatan asli desa.  BUMD  mampu menghasilkan omset  miliaran rupiah per tahun. Warga kini memiliki berbagai pekerjaan baru di sektor pariwisata. Sebagian keuntungan Desa Wisara digunakan untuk pembangunan desa dan beasiswa. Promosi lewat Media Sosial  dan Fotowisata, media seperti harian Kompas menulis bagaimana pemerintah desa mengajak warga untuk mengunggah foto objek wisata menggunakan smartphone mereka, mendorong promosi berbasis komunitas yang efektif, terbukti menaikkan jumlah pengunjung (hingga omset Rp 12 Miliar/tahun), kolaborasi juga dilakukan  dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) terkait dengan usulan peningkaran kualitas pelayanan Desa Wisata. Artikel akademik (Jurnal Pariwisata Indonesia) menyoroti pentingnya pemberdayaan masyarakat dan kolaborasi pemerintah serta kendala seperti pendanaan dan infrastruktur . Selain itu, mahasiswa  melakukan  studi banding belajar  langsung tentang  strategies pengelolaan Desa Wisata dan dampaknya.

Desa Wisata Penglipuran – Bangli, Bali

Desa Penglipuran terletak di Kabupaten Bangli, Bali. Desa  ini   dikenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia  karena  komitmen  masyarakatnya  menjaga  kelestarian   lingkungan dan adat istiadat. Sebelum berkembang menjadi destinasi wisata, kehidupan masyarakat desa lebih banyak bergantung pada pertanian dan hasil hutan bambu. Desa Penglipuran memiliki aset berupa  kearifan  lokal yaitu Adat Bali Aga (masyarakat Bali kuno) yang masih terjaga, arsitektur tradisional: rumah-rumah homogen dengan tata ruang seragam yang diwariskan leluhur dan lingkungan  alami: hamparan bambu yang luas, udara sejuk, serta kebersihan terjaga dan budaya  gotong royong dengan pelibatan seluruh warga Desa Penglipuran.

Strategi pengembangan Desa Wisata dilakukan dengan pelestarian adat dan budaya dengan menerapkan aturan adat melarang pembangunan rumah  modeern  yang   merusak keaslian. Desa Wisata dikelola berbasis masyarakat oleh Desa Adat, sehingga keuntungan wisata kembali ke warga.Branding kebersihan, Desa Penglipuran dipromosikan sebagai desa terbersih di dunia.. Diversifikasi  atraksi dengan mengembangkan sarana pendukungnya seperti  homestay, kuliner tradisional, kerajinan bambu, hingga ritual budaya.Pengembangan Desa Wisata dilakukan secara kolaboratif antara  pemerintah  dan  masyarakat untuk mendapat  dukungan infrastruktur, promosi,  dan event budaya.

Kehadiran Desa Wisata Penglipuran menjadi kebanggaan pemerintah dan warga desa  menerima  manfaatnya. Prestasi yang  dicapai  antara lain, Pendapatan Desa Wisata Penglipuran (i). Sepanjang tahun 2023, kunjungan wisatawan—baik domestik maupun mancanegara— ke Desa Penglipuran hampir mencapai 960.000 orang, melampaui target awal sebanyak 800.000 orang; (ii).Pendapatan dari tiket kunjungan selama periode tersebut mencapai Rp 25,8 miliar; (iii).Rata-rata kunjungan harian  dalam masa  libur Natal–Tahun Baru melonjak  menjadi 5.000–6.000 pengunjung/hari, padahal di hari normal hanya sekitar 2.500 pengunjung;  (iv).  Pengelolaan Desa Wisata dilakukan berbasis masyarakat: warga dipekerjakan sebagai   pegawai Desa Wisata (seperti pemandu atau penjaga  tiket), dan sebagian pendapatan diputar kembali untuk pembangunan desa.

Penghargaan dan Pengakuan Internasional berupa : (i) Tahun 2023, Desa Penglipuran terpilih sebagai salah satu dari 54  Best Tourism Villages dunia versi UNWTO (Organisasi Pariwisata Dunia) dari total 260 kandidat yang berasal dari lebih dari 60 negara; (ii) Penghargaan tersebut diterima dalam acara di Samarkand, Uzbekistan, pada tanggal 19 Oktober 2023; (iii).Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menyebut prestasi ini sebagai inspirasi bagi Desa Wisata lainnya di Indonesia dalam memaksimalkan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM)  serta  warisan  budaya  lokal; (iv) Sebelumnya, Desa Penglipuran juga mendulang pengakuan dari pemerintah Indonesia, termasuk Penghargaan Kalpataru pada tahun 1995 atas upaya pelestarian hutan bambu dan ekosistemnya. Selain itu, desa ini pernah masuk dalam 3 (tiga) besar desa terbersih di dunia versi Green Destinations Foundation, bersama  Giethoorn (Belanda), dan Mawlynnong (India).

Dapat  dicatat  bahwa  kunci keberhasilan dari dua Desa Wisata terletak pada : Pertama,    adanya konsistensi dalam menjaga kearifan dan melestarikan  identitas lokal. Kedua,  mengembangkan partisipasi aktif  masyarakat  dalam perencanaan,   pengelolaan Desa Wisata. Ketiga, terbangunnya kelembagaan Desa Wisata dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan terutama Pemerintah Daerah, Lembaga Swadya Masyarakat dan Dunia Usaha. Keempat,  menjaga keseimbangan pelestarian budaya dan lingkungan dengan komersialisasi wisata.Wallahu ‘Alam Bi Sowab. (habis)

*Konsultan Pemberdayaan Masyarakat, Dewan Pembina Yayasan Pembangunan Mahasiswa Islam Insan Cita (YAPMIC) Ciputat

Editor: Jufri Alkatiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *