Renungan Dino Jemuwah: Muhammad Rahmatan Lil ‘alamiin (bag-4)

Oleh: Anwar Rosyid Soediro*

Rasulullah Saw sangat penyayang terhadap anak-anak

Ketika melihat seorang anak menangis, beliau duduk di sampingnya dan berbagi perasaannya. Beliau merasakan kepedihan seorang ibu terhadap anaknya lebih dari kepedihan sang ibu sendiri. Suatu ketika beliau berkata: Aku berdiri dalam salat dan ingin memperpanjangnya, namun, aku mendengar tangisan seorang anak dan aku pun memotong salatku karena kegelisahan yang dirasakan sang ibu. (HR. Bukhori, Muslim)

Beliau memeluk anak-anak. Beliau pernah memeluk cucu-cucu kesayangannya, Hasan dan Husain, ketika Aqra bin Habis berkata kepadanya: “Aku punya sepuluh anak. Sejauh ini, aku belum mencium satu pun dari mereka.”. Rasulullah Saw menjawab: Orang yang tidak memiliki belas kasihan kepada orang lain tidak dikasihani. (HR. Bukhori)

Menurut versi lain, beliau berkata: Apa yang dapat aku lakukan untukmu jika Allah telah menghilangkan rasa kasih sayang darimu?  (HR. Bukhori)

Rasulullah Mengasihi semua yang ada di bumi

Suatu ketika, beliau berkata: Kasihanilah mereka yang di bumi agar mereka yang di langit pun menyayangimu. (HR. Tirmidzi). Sa’d bin ‘Ubada pernah jatuh sakit. Rasulullah Saw menjenguknya di rumah dan melihat sahabatnya yang setia dalam keadaan menyedihkan, beliau pun meneteskan air mata. Kemudian beliau bersabda:  Allah tidak menghukum karena air mata, tidak pula karena kesedihan, tetapi Dia menghukum karena hal ini, dan beliau menunjuk ke lidahnya. (HR. Bukhori)

Ketika ‘Utsman bin Mad’un wafat, beliau menangis tersedu-sedu. Saat pemakaman, seorang wanita berkata: “Utsman terbang, bagaikan burung, ke surga.”

Bahkan dalam keadaan berduka itu, Nabi saw tetap tegar dan mengoreksi wanita itu: Bagaimana engkau tahu bahwa beliau masuk surga, padahal aku sendiri tidak tahu, dan aku seorang Nabi? (HR. Bukhori). Rasulullah Saw. senantiasa melindungi dan mendukung, para janda, anak yatim, orang miskin, dan orang cacat, baik sebelum maupun selama masa kenabian beliau.

Ketika beliau pulang dengan penuh kegembiraan dari Gunung Hira setelah wahyu pertama, istrinya, Khadijah, berkata kepadanya: Semoga engkau menjadi Nabi bagi umat ini, engkau selalu berkata benar, memenuhi amanah, mendukung kerabatmu, membantu orang miskin dan lemah, dan memberi makan tamu. (Al-Tabaqat karya Ibnu Sa’ad)

Kasih sayang Nabi tidak hanya meliputi manusia, tetapi juga hewan

Kita mendengar dari beliau bahwa seorang pelacur dibimbing kepada kebenaran oleh Allah dan akhirnya masuk Surga karena ia memberi minum seekor anjing miskin yang sekarat karena kehausan, sementara seorang wanita lain dihukum dengan siksaan Neraka karena dia membiarkan seekor kucing mati kelaparan. (HR. Bukhori)

Sekembalinya dari sebuah kampanye militer, beberapa sahabat mengambil anak-anak burung dari sarangnya untuk dielus-elus. Induk burung itu kembali dan, Ketika tidak menemukan anak-anaknya di sarang, ia mulai terbang ke sana kemari sambil menjerit-jerit. Ketika diberitahu tentang hal itu, Rasulullah menjadi marah dan memerintahkan anak-anak ayam untuk dikembalikan ke sarang. (HR. Nasa’i)

Suatu ketika beliau menceritakan kepada para sahabat bahwa salah seorang Nabi sebelumnya dicela oleh Allah karena membakar sarang semut. (HR. Bukhori)

Beliau berada di Mina ketika beberapa sahabat beliau menyerang seekor ular untuk membunuhnya. Namun, ular itu berhasil lolos. Melihat hal ini dari kejauhan, Rasulullah bersabda: Ular itu telah diselamatkan dari kejahatanmu, sebagaimana engkau telah diselamatkan dari kejahatannya. (HR. Nasa’i)

Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, ketika Rasulullah pernah melihat seorang laki-laki sedang mengasah pisaunya tepat di depan domba yang akan disembelihnya, beliau berkata kepadanya: Apakah engkau ingin membunuhnya berkali-kali? (HR. Hakim)

Abdullah bin Ja’far meriwayatkan: Rasulullah Saw. pernah pergi ke sebuah kebun di Madinah bersama beberapa sahabatnya. Di suatu sudut terdapat seekor Unta yang sangat kurus. Ketika melihat Rasulullah Saw Unta itu mulai meneteskan air mata. Rasulullah Saw menghampiri Unta itu dan, setelah beberapa saat berada di sampingnya, dengan tegas memperingatkan pemiliknya untuk memberi makan Unta itu dengan benar. (Suyuti, al-Khasa’is al-Kubra)—(bersambung)

*Pemerhati Keagamaan, Filosof, dan Alumni Fakultas Teknik Pertanian UGM Yogyakarta

Editor: Jufri Alkatiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *