Dapur MBG Sidomulyo Mulai Berbenah

Pijarberita.com, Blora – Tim Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mulai berbenah, setelah viral di media sosial terkait kebersihan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora,

Kepala SPPG Muhammad Andrean, di Blora, Jumat mengakui  kesalahan  dari sisi kebersihan, menu, dan sanitasi. “Kami mengaku salah dan meminta maaf kepada seluruh pihak yang dirugikan. Kami langsung berbenah dan mengevaluasi,” kata Muhammad Andrean,

Muhammad Andrean mengatakan, mendapat  surat peringatan pertama dari Dinas Kesehatan dan Satgas MBG setempat. Walau begitu, pihaknya langsung mengevaluasi kesalahan tersebut. “Kami evaluasi, terkait kebersihan, sanitasi ada kekurangan. Terlebih soal alat-alat seperti rak piring sebenarnya ada. Tetapi, saat viral itu masih kami perbaiki dan sekarang sudah terpasang,” katanya.

Terkait kekurangan pada menu, Andre mengaku beberapa minggu memang ada kekosongan Ahli Gizi. Namun, saat ini sudah mulai terisi lagi.  “Jadi, dulu itu sudah ada Ahli Gizi. Ternyata di tengah jalan pindah ke kota lain. Nah ini sekarang sudah dapat lagi. Semoga nanti menunya bisa berbenah dan diterima oleh masyarakat,” jelasnya.

Selain itu, juga terkait pelatihan sumber daya manusia atau para relawan agar lebih berkualitas. “Kami juga mulai mengadakan pelatihan dari dinas terkait. Semoga mutu kualitasnya semakin bagus,” kata Andre.

Sebelumnya, Pihak Korwil SPPG telah memberikan teguran dan instruksi tegas kepada pengelola untuk melakukan pembenahan dalam tujuh hari.  “Kami minta perbaikan total, dari penerimaan bahan baku hingga distribusi makanan. Ini menyangkut kesehatan penerima manfaat, jadi tidak bisa ditoleransi,” tegas Kepala Koordinator Wilayah (Korwil) SPPG Kabupaten Blora, sekaligus penanggung jawab program Makanan Bergizi Gratis (MBG), Artika Diannita.

Artika juga memberikan catatan serius terhadap SPPG tersebut, dimana menu yang disajikan ke penerima manfaat selalu sama, sehingga membuat bosan penerima manfaat. “Saya dapat aduan bahwa menunya disana (SPPG) selalu sama. Sedangkan, aturannya itu menu dijadwalkan 20+2 untuk menghindari kebosanan penerima manfaat,” tuturnya.

Kasus SPPG Banjarejo menjadi peringatan keras bagi seluruh pengelola dapur di Blora agar tidak mengabaikan standar sanitasi dan keamanan pangan.

Artika Diannita  mengharapkan Satuan Pelaksana Pengawasan Internal (SPPI) agar lebih aktif melakukan pemantauan lapangan. “Tugas SPPI adalah mengatur, mengawasi, dan memastikan seluruh kegiatan dapur berjalan sesuai standar kebersihan, keamanan, dan mutu gizi. Laporkan bila ada area dapur atau peralatan yang tidak higienis,” katanya. (osc/jal)

Editor: Jufri Alkatiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *