Pijarberita.com, Banda Aceh – Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Akhmad Munir, mengatakan, wartawan dalam menjalankan profesi jurnalistiknya wajib menjunjung kebenaran dan menjauhi fitnah. Wartawan harus menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik, UU Pers No. 40 tahun 1999, dan tidak berniat buruk, serta selalu Tabayun untuk memastikan kebenaran informasi.
Hal itu diungkapkan Cak Munir, panggilan akrab Akhmad Munir disela-sela menjalani prosesi ‘Peusijuk’ atau tepung tawar, bersama sejumlah pengurus PWI Pusat. Prosesi Peusijuk merupakantradisi adat masyarakat Aceh dalam menyambut tamu kehormatan. Prosesi tersebut dirangkai dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar di Kantor PWI Aceh, Banda Aceh, Sabtu.
Turut mendampingi Akhmad Munir yang sehari-hari menjabat sebagai Direktur Utama Perum LKBN ANTARA, yaitu Sekretaris Jenderal PWI Pusat Zulmansyah Sekedang, Wakil Ketua Bidang Kerja Sama dan Kemitraan Amy Atmanto, serta Anggota Dewan Pakar Muhammad Amru, mantan Bupati Gayo Lues.
Dalam sambutannya, Akhmad Munir menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas penyambutan hangat dari keluarga besar PWI Aceh. Ia menilai prosesi adat yang dikaitkan dengan peringatan Maulid Nabi merupakan simbol penguatan silaturahmi dan persaudaraan antarsesama insan pers.
“Kini, PWI sudah bersatu kembali. Kami dipercaya menakhodai organisasi ini lima tahun ke depan. Doakan agar amanah yang diberikan dapat kami jalankan dengan baik,” ujar Munir di hadapan pengurus dan anggota PWI Aceh.
Akhmad Munir juga mengenang masa kecilnya ketika merayakan Maulid Nabi di kampung halaman. Dia menegaskan bahwa momentum tersebut bukan hanya peringatan seremonial, tetapi juga wahana untuk meneladani Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam menjalankan tugas jurnalistik. “Meneladani Rasulullah berarti memperjuangkan kebenaran dan keadilan,’ kata Akhmad Munir.
Sementara itu, Ketua PWI Aceh Nasir Nurdin mengatakan prosesi peusijuk merupakan ungkapan rasa syukur atas terbentuknya kepengurusan baru PWI Pusat periode 2025–2030 yang dikukuhkan di Solo, Jawa Tengah, awal Oktober lalu.
“Tradisi ini bukan hanya bentuk penghormatan kepada tamu, tetapi juga tanda syukur atas lahirnya kepengurusan baru PWI. Apalagi, tiga di antara pengurus PWI Pusat yang hadir adalah putra daerah Aceh,” ujar Nasir.
Acara berlangsung khidmat dan hangat, diakhiri dengan doa bersama untuk kemajuan PWI serta insan pers Indonesia agar terus berpegang pada prinsip kebenaran dan etika jurnalistik dalam menjalankan tugasnya. (jal)
Editor: Jufri Alkatiri
