Perlunya Pembentukan Lembaga Adat Masyarakat Betawi (LAMB)

Oleh: Prof. Dr. Murodi al-Batawi, MA*

Setiap tanggal 22 Juni, Jakarta selalu diperingati hari jadinya. Pada 22 Juni kemarin, Jakarta sudah memasuki  usia 498, waktu yang tidak pendek. Setengah millenium, jika dihitung sejak 1527. Sejak saat itu hingga kini, Jakarta terus berbenah diri, terutama ketika dijadikan sebagai Ibu Kota Negara, sehingga Jakarta dikenal sebagai Kota Megapolitan.

Pembangunan fisik, mulai dari infrastruktur jalan dan fasilitas lainnya terus dibangun, seperti perumahan dan kawasan pemukiman, gedung perkantoran, pasar moderen dan gedung-gedung bertingkat tumbuh bagai jamur yang tumbuh di musim hujan. Semuanya itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendatang dari berbagai daerah di tanah air hingga mancanegara, untuk mengadu nasib tinggal di Jakarta.

Mereka sukses meniti karier dan kehidupan di Jakarta. Tetapi, bagaimana nasib penduduk asli Jakarta yang dikenal dengan komunitas etnis Betawi. Untuk menjawab ini, sangat panjang penjelasannya. Pasti ada yang sukses dan juga ada yang tergusur dan terpinggirkan, terutama berkaitan dengan lahan pemukiman dan perkembangan adat istiadat. Salah satu kemungkinannya, karena di Betawi, belum ada Lembaga Adat yang bisa membantu menyelesaikan itu semua

Lembaga Adat Masyarakat Betawi

Latar belakang perlunya pembentukan Lembaga Adat Masyarakat Betawi (LAMB), karena  Masyarakat Betawi memiliki kekayaan budaya yang unik dan beragam, yang telah berkembang selama berabad-abad di Jakarta. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, budaya Betawi menghadapi ancaman erosi dan kehilangan identitas, terutama di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, pembentukan Lembaga Adat Masyarakat Betawi menjadi sangat penting untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi.

Argumen Filosofis Perlunya Lembaga Adat Masyarakat Betawi. Secara filosofis, Lembaga Adat Masyarakat Betawi memiliki makna yang mendalam dalam konteks kebudayaan dan identitas masyarakat Betawi. Berikut beberapa makna filosofis Lembaga Adat Betawi:

1. Pelestarian Identitas Budaya:

Lembaga Adat Masyarakat Betawi memiliki makna sebagai wadah pelestarian identitas budaya Betawi, yang mencakup nilai-nilai, norma, dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.

2. Pengakuan dan Penghargaan terhadap Warisan Leluhur:  Lembaga Adat Masyarakat Betawi memiliki makna sebagai pengakuan dan penghargaan terhadap warisan leluhur Betawi, yang mencakup sejarah, budaya, dan tradisi yang telah berkembang selama berabad-abad.

3. Pengembangan Masyarakat yang Berbudaya: Lembaga Adat Betawi memiliki makna sebagai wadah untuk pengembangan masyarakat yang berbudaya, yang mencakup pengembangan nilai-nilai, norma, dan tradisi yang positif dan konstruktif.

4. Penguatan Jati Diri Masyarakat Betawi:  Lembaga Adat Betawi memiliki makna sebagai wadah penguatan jati diri masyarakat Betawi, yang mencakup pengakuan dan penghargaan terhadap identitas budaya dan sejarah Betawi.

5. Simbol Kebersamaan dan Solidaritas:  Lembaga Adat Betawi memiliki makna sebagai simbol kebersamaan dan solidaritas masyarakat Betawi, yang mencakup nilai-nilai gotong royong, silaturahmi, dan rasa hormat.

Landasan Filosofis

Pembentukan LAMB didasarkan pada beberapa landasan filosofis, antara lain:

Pancasila: Sebagai ideologi negara, Pancasila menekankan pentingnya pelestarian budaya dan identitas nasional.

Kebudayaan Nasional: Kebudayaan nasional Indonesia merupakan kekayaan yang sangat berharga dan perlu dilestarikan dan dikembangkan.

Hak Asasi Manusia: Hak asasi manusia untuk melestarikan dan mengembangkan budaya sendiri merupakan hak yang sangat penting.

Tujuan

Tujuan pembentukan LAMB adalah:

– Melestarikan Budaya Betawi:   LAMB bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi, termasuk bahasa, adat istiadat, kesenian, dan tradisi lainnya.

– Mengembangkan Identitas Masyarakat Betawi: LAMB bertujuan untuk mengembangkan identitas masyarakat Betawi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan budaya Betawi.

– Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Betawi:  LAMB bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Betawi melalui pengembangan budaya dan ekonomi.

Program

LAMB memiliki beberapa program yang bertujuan untuk mencapai tujuannya, antara lain:

– Pengembangan Bahasa dan Sastra Betawi: LAMB mengembangkan program pengembangan bahasa dan sastra Betawi, termasuk pelatihan bahasa dan sastra Betawi, serta penerbitan buku-buku tentang bahasa dan sastra Betawi.

– Pelestarian Adat Istiadat Betawi: LAMB mengembangkan program pelestarian adat istiadat Betawi, termasuk upacara adat, tarian tradisional, dan musik tradisional.

– Pengembangan Kesenian Betawi:  LAMB mengembangkan program pengembangan kesenian Betawi, termasuk teater, musik, dan tarian tradisional.

Prospek

LAMB memiliki prospek yang cerah untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi, antara lain:

– Meningkatkan Kesadaran Masyarakat: LAMB dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan budaya Betawi.

– Mengembangkan Identitas Masyarakat Betawi: LAMB dapat mengembangkan identitas masyarakat Betawi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Betawi.

– Meningkatkan Kerjasama dengan lembaga Lain:  LAMB dapat meningkatkan kerjasama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta, untuk memperoleh dukungan dan sumber daya untuk melestarikan budaya Betawi.

Tantangan

LAMB juga menghadapi beberapa tantangan, antara lain:

– Kurangnya Sumber Daya: LAMB menghadapi keterbatasan sumber daya, baik dari segi finansial maupun sumber daya manusia, untuk melaksanakan program dan kegiatan pelestarian budaya Betawi.

– Pengaruh Globalisasi: Globalisasi dapat mempengaruhi keberlangsungan budaya Betawi, karena budaya asing dapat masuk dan mempengaruhi budaya lokal.

– Kurangnya Minat Generasi Muda: Generasi muda Betawi saat ini lebih tertarik dengan budaya populer dan teknologi digital daripada budaya tradisional Betawi.

Dengan demikian, LAMB perlu melakukan upaya yang strategis untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan mencapai tujuannya melestarikan dan mengembangkan Budaya Betawi (*)

*Dosen Tetap Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pengamat Sosial Kemasyarakatan

Editor: Jufri Alkatiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *