Out of The Box yang Menggoncang

Oleh: Renville Almatsier*

Entah angin apa yang sedang bertiup melanda negeri kita — tiba-tiba saja banyak muncul pikiran atau ide yang selama ini tidak pernah terfikirkan. Ide itu datang dari orang per orang, sekelompok orang, atau anggota DPR, organisasi atau partai – atau bisa juga dari pemerintah.

Menurut Google, frasa itu disebut out of the box.  Ide atau pemikiran atau solusi yang keluar dari “kotak” yang selama ini aman, baik-baik saja dan no problemo. Namanya keluar dari kotak, tentu ide itu harus di luar norma-norma yang ada, inovatif, kreatif, luar dari kebiasaan, tidak konvensional, dan unik.  Dalam beberapa bulan terakhir ini banyak ide-ide dan pemikiran yang muncul — tetapi apakah itu kreatif atau bervisi ke depan ? Nanti dulu.

Contohnya baru saja terjadi. Walaupun akhirnya beres berkat turun-tangannya Presiden,  Menteri Dalam Negeri sempat mengeluarkan keputusan memindahkan status empat pulau di kawasan Aceh. Langsung bikin heboh. Lha, tentu saja– ketika keadaan sedang adem-ayem, tidak ada angin tidak ada hujan, tau-tau ide itu  nyelonong menerabas ketenangan. Tiba-tiba saja keempat pulau yang tetap berada di tempatnya di Kabupaten Aceh Singkil itu mau dialihkan statusnya masuk ke wilayah provinsi jiran, Sumatera Utara. Keruan saja ide out of the box ini menggoncang ketenteraman anak negeri. Kepmen Nomor 300.2.2-2138 tahun 2025 itu memang kemudian batal setelah dibahas melalui pertemuan para gubernur dan menteri terkait — tetapi dampaknya itu The damage has been there, especially the heart that is hurt.

Ide-ide semacam itu memang menggoncang ketenteraman. Sebelumnya, di tengah ketenangan pemerintahan baru  yang baru mulai bekerja, tiba-tiba muncul pemikiran untuk memberi konsesi pertambangan kepada perguruan tinggi. Benar-benar baru ‘kan? Di tengah upaya meningkatkan devisa negara dari kekayaan bumi, hal ini tidak pernah terfikirkan selama ini. Eh, kemudian ada lagi ide susulan, memberikan izin kuasa pertambangan kepada organisasi keagamaan.

Begitu juga di tengah suasana yang sudah mapan sejak reformasi yang menghapuskan adanya dwifungsi tantara — ujug-ujug muncul ide memberi hak kepada anggota angkatan berseragam itu untuk menduduki posisi orang sipil. Masyarakat goncang lagi. Lalu,  ada lagi ide menulis ulang sejarah bangsa ini. Proyek ini bahkan sudah hampir selesai. Entah bagaimana asal-usulnya, muncul usulan memberi gelar pahlawan nasional kepada presiden yang sudah dilengserkan.

Nah, beruntunnya ide out of the box  macam itu memang menimbulkan pertanyaan. Gejala apa ini ? Sesuai julukannya, ide atau pemikiran yang keluar dari kotak yang biasa, mustinya hebat dan brilyan. Tetapi ini usulan yang membuat masyarakat resah bahkan mau berantem, berfikiran ingin memisahkan diri, membuka kesempatan untuk menyeleweng itu, patut dipertanyakan. Dari mana awalnya? Jangan-jangan ada unsur-unsur negatif di belakangnya?

Kita berharap manusia Indonesia, terutama pimpinan di pemerintahan dan wakil-wakil pilihan kita di DPR, bakal membawa ide-ide kreatif. Tetapi sampai sekarang tidak juga muncul solusi untuk mencegah hal-hal yang sudah gawat, yang bisa membuat negeri kita terpuruk.

Munculkanlah pemikiran bernas untuk memberantas korupsi, misalnya. Atau meningkatkan kualitas kecerdasan anak bangsa, atau bagaimana menyelesaikan masalah sampah yang nggak tuntas-tuntas. Pikiran-pikiran out of the box untuk hal-hal itu, yang kita tunggu. (*)

*Pengamat Sosial dan Mantan Jurnalis Majalah Berita Tempo

Editor: Jufri Alkatiri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *